Alasan Jokowi Pindahkan Ibu Kota: Pusat Ekonomi Hanya Berputar di Jawa

26 Agustus 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan kepada awak media di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan kepada awak media di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lokasi pemindahan ibu kota Indonesia sudah ditentukan. Presiden Jokowi memutuskan memindahkan ibu kota dari Jakarta ke dua kabupaten di Kalimantan Timur yakni Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara (Kukar).
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan Jokowi menunjuk Kalimantan sebagai lokasi pemindahan ibu kota ialah ingin meratakan pertumbuhan ekonomi. Jokowi menilai, mayoritas perputaran ekonomi Indonesia masih berputar di pulau Jawa, padahal telah dilakukan otonomi daerah sejak awal tahun 2000-an.
Salah satu indikator perekonomian tersebut adalah kontribusi Jawa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai angka 57-58 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kontribusi Jawa terhadap PDB Indonesia tercatat terus meningkat hingga 59,11 persen pada kuartal II 2019.
Presiden Jokowi tinjau lokasi alternatif ibu kota di Bukit Soeharto, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Kutai Kartanegara, Kalimantan TImur. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman
"58 persen PDB ekonomi Indonesia ada di pulau Jawa dan pulau Jawa sebagai pusat ketahanan pangan," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8)
Sementara itu, kontribusi pulau Kalimantan pada kuartal II 2019 mencapai 8,01 persen. Kontribusi terendah berada di Maluku dan Papua sebesar 2,17 persen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, populasi penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 270 juta di 2019 masih berpusat di Pulau Jawa. Alhasil, ia menilai sudah tepat melakukan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur untuk mengurangi beban di Jawa.
"Atau 54 persen dari total penduduk Indonesia," tambahnya.