news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ambisi Sandi Bangun Unicorn Koperasi, Mungkinkah?

27 Februari 2019 19:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cawapres 02 Sandiaga Uno pada konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres 02 Sandiaga Uno pada konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Pesatnya perkembangan perusahaan rintisan (startup) hingga menjadi unicorn di Indonesia menjadi sorotan belakangan ini. Presiden Jokowi misalnya, tak luput menyinggung startup bernilai valuasi lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp 14 triliun itu dalam berbagai kesempatan.
ADVERTISEMENT
"Indonesia memiliki unicorn terbanyak di Asia Tenggara," kata Jokowi saat menyampaikan pidato kebangsaan bertajuk "Optimis Indonesia Maju" di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat, Minggu (24/2).
Tak salah memang, fakta dari 7 unicorn di Asia Tenggara, 4 di antaranya berasal dari Indonesia yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan BukaLapak.
Keyakinan Jokowi itu juga diperkuat dengan dukungan pemerintah berupa digital talent scholarship (beasiswa). Jokowi menargetkan beasiswa akan diberikan ke 20.000 orang pada 2020.
"Saya yakin akan banyak lahir startup di Indonesia. Saya yakin generasi milenial Indonesia mampu menembus pasar global," sebutnya.
Bicara soal unicorn, Cawapres Sandiaga Uno pun tak hilang akal. Baru-baru ini, ia diketahui memperkenalkan konsep baru yang bernamakan Unikop (Unicorn Koperasi). Istilah itu, salah satunya ia unggah di akun instagram-nya pada Rabu (27/2).
ADVERTISEMENT
Sandi terlihat sedang berpose bersama dua orang perempuan dan seorang laki-laki. Ia pun membubuhkan caption yang seolah sebagai penggambaran pada foto itu.
"Menyimak gagasan Pak Prof. Dr. Sri Edi Swasono dan Ibu Prof. Dr. Meutia Farida Hatta Swasono tentang Bangsa, Pendidikan, dan Ekonomi Kerakyatan," kata dia.
"Saya bertekad menumbuhkan Koperasi menjadi Unicorn Koperasi (Unikop) yang membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan menjadi Soko guru Ekonomi Bangsa seperti yang di cita-citakan oleh Bung Hatta," lanjutnya.
Ambisinya mengembangkan unicorn koperasi lalu ia jelaskan pada paragraf berikutnya. Intinya, ingin menumbuhkan ekonomi bangsa bersama rakyat melalui koperasi.
"Dengan membuka akses Koperasi seluas-luasnya, tak hanya di sektor mikro kecil, dan dengan mengedepankan nilai dan prinsip koperasi dalam aktivitasnya, kita berpartisipasi menumbuhkan ekonomi bangsa bersama rakyat," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Berkenaan itu, lantas mungkinkah koperasi di Indonesia menjadi unicorn seperti yang digaungkan Sandi?
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah terlebih dahulu ingin memastikan jika unicorn koperasi yang dimaksud Sandi ialah startup berbentuk koperasi yang memiliki valuasi USD 1 miliar.
"Unicorn itu sebutan startup atau perusahaan digital yang memiliki valuasi di atas USD 1 miliar. Sementara koperasi lebih kepada bentuk badan usaha. Jadi saya agak bingung membaca maksudnya Sandi," katanya dihubungi kumparan, Rabu (27/2).
Piter kemudian menjelaskan perbedaan mengenai orientasi korporasi (perusahaan) dan koperasi yang menjadi poin kunci. Yaitu korporasi atau dalam hal ini startup bersifat kapitalistik, sementara koperasi lazimnya sebagai badan usaha yang tidak kapitalistik.
ADVERTISEMENT
"Koperasi one man one vote. Korporasi one share one vote. Jadi kalau mau bikin koperasi jadi unicorn, saya khawatir ini sekadar jargon atau benar-benar tidak memahami arti koperasi. Valuasi unicorn memang bisa saja diberikan kepada perusahaan berbadan usaha koperasi. Tapi sangat sulit membayangkan itu bisa terjadi. Karena valuasi tersebut umumnya dilakukan oleh investor dengan semangat kapitalistik yang share-nya lebih besar akan menjadi pengendali, sementara koperasi tidak mengenal pemilik modal terbesar," terang dia.
Sementara, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat lahirnya startup berbasis koperasi memang bukan hal yang tak mungkin terjadi.
"Tapi mencapai level unicorn atau valuasi di atas USD 1 miliar butuh kerja keras," timpalnya di kesempatan berbeda.
ADVERTISEMENT
Apalagi kata Bhima, karakteristik dan kondisi koperasi yang memang tidak bisa disamakan dengan korporasi yang berorientasi profit.
"Anggota Koperasi harus berjumlah sekurang-kurangnya 20 orang. Sementara startup cukup 1 orang bisa memulai usahanya. Image koperasi dipenuhi orang-orang tua dan ada beberapa kasus penggelapan dana lewat koperasi sehingga muncul antipati dari generasi milenial ketika harus berbadan hukum koperasi," ujarnya.
Di lain sisi, Bhima melanjutkan, perizinan dalam usaha sebetulnya lebih mudah atas nama korporasi.
"Proses pendirian PT lebih mudah dari koperasi. Permohonan pengesahan akta pendirian dan anggaran dasar PT sampai dengan terbitnya SK Kemenkumham bisa selesai hanya dalam waktu 1 hari," ucapnya.
Ke depan, menurutnya apabila ambisi itu memang ingin diwujudkan maka mesti disiapkan berbagai aspek dengan matang dan jelas.
ADVERTISEMENT
"Kebijakan khususnya insentif kemudahan izin bagi koperasi, pembebasan pajak, akses pasar dan kerja sama antara BUMN dan koperasi jadi syarat mutlak," pungkas dia.