Angin Segar untuk Maskapai RI: Harga Minyak Turun dan Rupiah Menguat

21 November 2018 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
ADVERTISEMENT
Memasuki akhir tahun 2018 ini angin segar berembus bagi bisnis penerbangan dunia, termasuk di Indonesia. Angin segar itu berasal dari penurunan harga minyak dan penguatan nilai tukr rupiah terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sejak awal tahun hingga pertengahan Oktober 2018 menjadi periode terberat bagi maskapai. Bisnis penerbangan dunia terpukul karena kenaikan harga minyak. Sedangkan maskapai Indonesia terkena beban tambahan yakni depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dari awal tahun hingga saat ini, rupiah melemah 7,53 persen. Sementara harga minyak dunia (jenis Brent) pernah menyentuh angka tertinggi hingga di atas USD 80 per barel pada periode September-Oktober 2018.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Ari Askhara, mengaku kondisi tersebut sangat memukul maskapai penerbangan baik yang terjadwal (reguler) maupun yang sewa (charter).
"Semuanya terpukul. Sewa atau milik, financial atau operating, itu masalah hanya di rentalnya aja. Tetapi kalau minyak, harganya semua kena. Rata-rata kontribusi 38 persen sampai 40 persen dari struktur biaya," ucapnya saat ditemui usai rapat tahunan INACA di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (25/10).
ADVERTISEMENT
Avtur dan Dolar Penyumpang Biaya Penting di Maskapai RI Bahan bakar berkontribusi 37-40 persen dari total biaya. Sementara itu, 75 persen biaya di maskapai dalam bentuk valuta asing (dolar AS), namun mayoritas pendapatan berdenominasi rupiah.
Namun situasi mulai berbalik arah sejak pertengahan Oktober hingga hari ini. Rupiah kembali menguat. Bahkan penguatannya tertinggi di Asia (month-to-month). Rupiah telah menguat 3,9 persen.
Counter Check Terminal 3 Bandara Soetta. (Foto: Diah Harni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Counter Check Terminal 3 Bandara Soetta. (Foto: Diah Harni/kumparan)
Harga minyak duniah anjlok selama 1 bulan terakhir. Pada perdagangan pada perdagangan Selasa (20/11) waktu Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah turun 7 persen hingga berada di level terendah dalam setahun. Mengutip data Reuters, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 3,90 atau 6,8 persen dan ditutup pada USD 53,39. Bahkan pada awal sesi perdagangan sempat jatuh 7,7 persen menyentuh posisi USD 52,77 per barel atau terendah sejak Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Sementara minyak mentah jenis Brent turun USD 4,50 atau 6,7 persen, menjadi USD 62,29 per barel. Penurunan harga ini memperpanjang tren yang terjadi sejak awal Oktober.
Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center Arista Atmadjati, menjelaskan setiap penguatan 1 poin dolar saja dampaknya bisa menambah revenue Rp 1 miliar. Demikian juga dampak penurunan avtur, biaya bisa turun signifikan.
"Apalagi avtur dalam struktur total cost maskapai menyumbang sampai 37 persen dari total cost, lainnya leasing 25 persen, maintenance 25 persen, gaji 10 persen," kata Arista kepada kumparan, Rabu (21/11).
Pesawat AirAsia X Airbus A340 (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat AirAsia X Airbus A340 (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
Arista menilai kondisi ini bisa menjadi angin segar untuk maskapai tanah air yang tengah terpukul keuangannya akibat naiknya harga avtur dan pelemahan rupiah.
ADVERTISEMENT
"Kita harapkan kondisi bagus ini bisa bertahan sampai Januari 2019, saat peak season Natal, libur sekolah dan Tahun Baru 2019, sehingga maskapai bisa recovery pendapatan yang mungkin rugi dari Januari-Oktober 2018," sebutnya.
Maskapai Indonesia Ini Rugi Akibat Beban Harga Minyak dan Dolar Akibat naiknya harga minyak dunia dan pelemahan rupiah, maskapai nasional melaporkan kerugian sepanjang periode Januari-September 2018. kumparan mencatat, Garuda Indonesia dan Indonesia AirAsia melaporkan kerugian yang dipublikasikan secara terbuka.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesia AirAsia menderita rugi Rp 639,162 miliar di kuartal III 2018. Rugi itu membengkak 45 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 440,497 miliar.
Sementara itu, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian USD 127 juta hingga kuartal III tahun 2018. Total kerugian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD 207 juta.
ADVERTISEMENT