Apa Kabar Kerja Sama Pertamina dan Taiwan di Kilang Balongan?

29 November 2018 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang Balongan milik PT Pertamina RU-VI, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) Oktober 2018 di Bali, PT Pertamina (Persero) menandatangani kerja sama dengan perusahaan asal Taiwan, CPC Corporation. Dalam kerja sama itu, kedua perusahaan akan membangun proyek petrokimia di sekitar Kilang Balongan milik Pertamina. Nilai proyeknya mencapai USD 6,5 miliar.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa kabarnya saat ini?
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang, mengatakan perusahaan sudah melakukan diskusi awal dengan CPC. Dalam diskusi itu, ada tahapan yang harus dilalui agar proyek ini bisa beroperasi paling lambat 2025. Dari tahapan itu, kata dia, yang paling mudah dilakukan adalah menyiapkan lahannya. Dia mengatakan perusahaan akan mengeksekusi lahan untuk proyek ini di samping Kilang Balongan.
“Jadi ya kita reklamasi. Dengan teknologi bisa kita sedot secara cepat,” kata dia saat ditemui di Pertamina Energy Forum, Jakarta, Kamis (29/11).
Selain itu, perusahaan juga sudah mendapatkan sindikasi dari pemerintah dan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Pertamina juga sudah mendapatkan berbagai izin agar dimudahkan dalam menggunakan lokasi yang sudah ditetapkan ini, termasuk Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
ADVERTISEMENT
Setelah surat perizinan keluar, kedua perusahaan ini akan langsung mulai menggarapnya. Setelah masalah lahan selesai, secara paralel, perusahaan akan melakukan studi kelayakan untuk membuat konfigurasi kilang petrokimianya, lalu apa saja produk-produknya.
Persiapan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas selama kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pertamina )
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas selama kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pertamina )
Ignatius mengungkapkan, dalam kerja sama ini, Pertamina dan CPC akan membuat perusahaan patungan atau joint venture. Sejauh ini, dalam kerja sama hanya ada 2 perusahaan saja yang akan diatur pembagian sahamnya.
“Kita harap bisa mayoritas karena kita kan di dalam negeri. Dan pasarnya kan di kita jadi harapannya share-nya lebih besar,” tuturnya.
Kapasitas dalam proyek kata dia akan menghasilkan 1 juta nafta cracker yang akan terintegrasi dengan Kilang RDPM Balongan di sebelahnya karena letaknya berdekatan.
“Tapi secara umum kilang ini independen. Jadi dia akan dapatkan FEED dari luar. Jadi terpisah dari Kilang Balongan. Nanti ada diskusi lebih lanjut,” jelasnya.
ADVERTISEMENT