Aplikasi Uang Elektronik Bikin Masyarakat Makin Doyan Belanja

20 Januari 2019 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan uang elektronik GoPay. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan uang elektronik GoPay. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi dan informasi tak memengaruhi tren gaya hidup masyarakat. Salah satunya, pemakaian uang elektronik sebagai pembayaran keperluan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan tren uang elektronik itu berimbas pada meningkatnya pola konsumsi pada masyarakat, seperti di sektor transportasi hingga makanan dan minuman.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Bhima menyebut besaran konsumsi masyarakat bahkan tumbuh di atas 5 persen untuk konsumsi di sektor mamin. Tak lain, kata dia, hal itu didorong oleh meningkatnya aktivitas leisure anak muda yang lebih suka kongkow di kafe hingga belanja di mal-mal yang kerap menawarkan diskon.
“Terus juga uang e-money kayak Ovo kan menawarkan diskon cukup besar bahkan sampai 70 persen. Nah itu daya tarik bagi orang lebih banyak belanja ke arah leisure tadi atau ke kafe, ke bioskop,” katanya saat dihubungi kumparan, Minggu (20/1).
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. (Foto: Jafrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. (Foto: Jafrianto/kumparan)
Bhima tak memungkiri, hal itu bisa jadi bagus bagi perekonomian karena bisa mendongkrak konsumsi masyarakat karena mudahnya transaksi. Lebih praktis dan efisien, misalnya saja saat mau jajan tinggal pesan dengan uang elektronik via aplikasi online.
ADVERTISEMENT
“Namun inilah yang membuat individu makin boros, makin boros ke depannya, karena persaingan kan masih lebar. Banyak pemain baru yang masuk ke uang elektronik. Kalau tidak hati-hati akan spending uang yang lebih besar dari seharusnya,” terangnya.
Selain kontrol keuangan diri, Bhima juga mengingatkan pemerintah agar tren uang elektronik itu secara lebih luas tak membuat pasar tradisional yang berbasis uang cash tertinggal.
“Jangan sampai pasar tradisional yang belum menggunakan e-money yang dia masih menggunakan cash makin tertinggal dengan generasi milenial yang lebih suka belanja di mal atau tempat nongkrong,” kata dia.
Aplikasi pembayaran digital Ovo. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pembayaran digital Ovo. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Terkait hal itu, Bhima mengusulkan agar pemerintah bisa menyeimbangkan perannya. Di satu sisi terus mendorong daya beli masyarakat dalam konsumsi seiring perkembangan zaman, namun di sisi lain juga memberi keadilan bagi usaha kecil.
ADVERTISEMENT
Utamanya, kata Bhima, penerapan uang elektronik ke lini-lini usaha kecil perlu didorong secara lebih merata. Dengan kata lain, uang elektronik tak hanya dimonopoli untuk kerja sama usaha berskala besar.
“Jadi kasih insentif bagi platform e-money yang bekerja sama dengan warung-warung uang kecil, PPh Badannya kah dari setiap transaksi bisa dikurangi. Kalau kayak Go-Pay kan sukses di warung-warung kecil tapi kan itu tanpa intervensi pemerintah, jadi pemerintah jangan jadi pelaksana tapi pendampingan aja,” pungkasnya.