Arah Kebijakan Cenderung Ketat, Suku Bunga Acuan BI Sulit Turun

30 Mei 2018 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bank Indonesia bincang-bincang dengan media. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bank Indonesia bincang-bincang dengan media. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan bulan ini. Dengan demikian, bank sentral telah menaikkan 50 bps suku bunga sejak awal tahun hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan kenaikan suku bunga ini, arah kebijakan moneter BI berubah menjadi bias ke pengetatan, dari sebelumnya netral. Artinya, arah kebijakan BI ke depan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan hampir tidak ada.
Adapun respons kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan (konsistensi).
"Kenaikan 25 bps kebijakan kami dari netral ke bias ketat, belum ketat. Kalau tempo hari lebih ke akomodatif, sekarang netral cenderung ke bias ketat," ujar Perry di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Rabu (30/5).
Lebih lanjut dia mengatakan, inflasi hingga akhir tahun ini juga diproyeksi sebesar 3,6% (year on year/yoy). Angka ini masih sesuai dengan target BI yakni 3,5 plus minus 1% hingga akhir tahun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adanya kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan naik lebih dari tiga kali di tahun ini turut menjadi pendorong arah kebijakan moneter yang cenderung ketat.
"Ke depan BI akan terus mengkalibrasi perkembangan ekonomi dan keuangan, baik domestik maupun global, untuk memanfaatkan masih adanya ruang kenaikan suku bunga secara terukur," jelasnya.