Arcandra: Penggunaan Batu Bara Dikurangi secara Bertahap

9 Mei 2018 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wamen ESDM, Arcandra Tahar (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wamen ESDM, Arcandra Tahar (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar saat menjadi salah satu pembicara pada Coaltrans Asia 2018 di Bali (8/5) menyampaikan bahwa batu bara masih menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Namun, Arcandra menjelaskan, porsi batu bara dalam bauran energi akan dikurangi secara bertahap digantikan dengan sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan. Dalam roadmap Kebijakan Energi Nasional (KEN) disebutkan pemanfaatan batu bara dalam bauran energi nasional ditargetkan sekitar 30% pada tahun 2025, dan menjadi hanya 25% pada tahun 2050.
"Porsi batu bara dalam bauran energi nasional masih cukup besar, karena batu bara masih menjadi energi yang termurah hingga saat ini. Pemerintah akan mengurangi secara bertahap. Porsinya pada tahun 2050 mendatang diproyeksikan berkurang menjadi 25% dari total penggunaan sumber energi yang ada," ujar Arcandra seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM, Rabu (9/5).
Truk milik PT Andaro membawa muatan batu bara (Foto: Antara Foto/Prasetyo Utomo)
zoom-in-whitePerbesar
Truk milik PT Andaro membawa muatan batu bara (Foto: Antara Foto/Prasetyo Utomo)
Arcandra menjelaskan, total konsumsi batu bara pada pembangkit listrik di tahun 2017 sebesar 83 juta ton atau 86% dari total konsumsi batu bara domestik. Sedangkan untuk industri semen, tekstil, pupuk dan karet menempati posisi kedua dengan total permintaan mencapai 13,7 juta ton.
ADVERTISEMENT
"Selama 5 tahun terakhir, pembangkit listrik tetap menjadi pelanggan pengguna batu bara terbesar di Indonesia. Meskipun permintaan batu bara dari industri domestik lainnya meningkat, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan permintaan yang berasal dari pembangkit listrik", jelas Arcandra.
Selain menjadi penyumbang sumber energi nasional, batu bara juga merupakan salah satu penyumbang penerimaan negara yang cukup signifikan. Tahun 2017, tercatat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM meningkat signifikan sebesar 62% menjadi Rp 129,07 triliun (USD 9,53 miliar), dimana subsektor mineral dan batubara (minerba) memberikan kontribusi sebesar Rp 40,6 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan target PNBP untuk minerba yang hanya sebesar Rp 32,7 triliun.
"Capaian ini menunjukkan bahwa sektor energi dan sumber daya mineral, selain perannya memastikan pasokan energi yang terjangkau dan nilai tambah domestik, juga memiliki pengaruh besar terhadap pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi," lanjut Arcandra.
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM juga telah menetapkan harga batu bara khusus untuk pembangkit listrik dalam negeri sebesar USD 70 per ton, yang tertuang dalam Keputusan Menteri Nomor 1395 K/30/MEM/2018 tentang Harga Batubara untuk Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum. Pemerintah berharap dengan diterbitkannya Keputusan Menteri ini harga jual listrik dari PLTU tetap terjaga sehingga dapat melindungi daya beli masyarakat dan industri yang kompetitif.
"Dengan langkah yang agresif ini, kami yakin target investasi dapat tercapai dan juga beberapa lembaga pemeringkat investasi telah meningkatkan peringkat Indonesia, sehingga akan semakin banyak investasi yang akan datang ke Indonesia di masa depan khususnya di sektor pertambangan," pungkas Arcandra.