AS Cabut Kesepakatan Nuklir dengan Iran, Harga Minyak Melambung

10 Mei 2018 18:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uji coba misil Iran (Foto: Amir Kholousi/AP)
zoom-in-whitePerbesar
Uji coba misil Iran (Foto: Amir Kholousi/AP)
ADVERTISEMENT
Harga minyak melesat pada Kamis (10/5) karena adanya kemungkinan perpanjangan sanksi dari Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, AS berencana menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran, yang memproduksi sekitar 4% dari pasokan minyak global, setelah meninggalkan kesepakatan pembatasan sanksi nuklir Iran yang dicapai pada akhir 2015.
Harga minyak naik tajam sebagai respons terhadap langkah-langkah yang diumumkan.
Harga minyak mentah Brent, patokan internasional untuk harga minyak, mencapai level tertinggi sejak November 2014 di USD 77,89 per barel, naik 0,9% dari penutupan terakhir mereka.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga mencapai angka tertinggi sejak November 2014, yakni USD 71,78 per barel.
Analis pesimistis ada oposisi terhadap tindakan AS untuk mencegah sanksi baru tersebut.
"Eropa dan China tidak akan melawan sanksi AS. Mereka akan menggerutu dan menerimanya. Tidak ada orang yang secara realistis akan memilih Iran atas AS," kata konsultan energi FGE.
ADVERTISEMENT
"Kami percaya batas 1 juta barel per hari (bph) untuk ekspor (yang dikenakan selama sanksi sebelumnya) akan digunakan kembali. Seperti sebelumnya, mungkin diperlukan beberapa putaran pengurangan untuk mencapai tingkat target," pendiri dan ketua FGE Fereidun Fesharaki.
Ia memprediksi, harga minyak akan naik hingga USD 90-100 per barel.
Ancaman sanksi baru untuk Iran muncul di tengah menguatnya permintaan minyak dunia, terutama di Asia, dan Arab Saudi serta Rusia masih menahan produksi sejak 2017.