AS Mau Perang Dagang dengan RI, Harga Roti dan Mi Instan Bisa Naik

7 Juli 2018 13:35 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump memegang dokumen kesepakatan. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump memegang dokumen kesepakatan. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
ADVERTISEMENT
Industri makanan dan minuman bakal terdampak jika perang dagang Amerika Serikat merambat ke Indonesia. Sebab sebagian bahan baku industri makanan dan minuman domestik masih mengandalkan impor dari AS.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, produk makanan terbesar yang akan terdampak tersebut yakni berbahan dasar tepung dan gandum, seperti roti, mi instan. Selain itu, susu juga akan ikut terdampak karena sebagian besar bahannya masih impor.
"Kalau industri makanan sendiri yang terkena dampaknya itu yang berbahan tepung, terigu, itu kan banyak, paling enggak roti, mi instan. Susu juga karena kan dia 80% nya masih impor," ujar Adhi usai diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (7/7).
Jika nantinya perang dagang terjadi dan industri makanan minuman semakin kewalahan, Adhi bilang pihaknya dengan terpaksa akan menaikkan harga. Namun besarannya, masih akan dikalkulasikan lebih lanjut.
Salah satu roti halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu roti halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
"Ya mau enggak mau (harga naik), tapi semoga enggak terjadi," kata dia.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, dia berharap perang dagang AS dan Indonesia tidak terjadi. Sebab kedua negara ini saling melengkapi atau komplementer, khususnya di sektor pertanian.
"Tapi saya harap ini tidak terjadi. Karena kita dengan AS itu kan komplementer, saling melengkapi, khususnya di sektor agro," jelasnya.
Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Investasi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani sebelumnya mengatakan AS mulai mengkaji untuk mencabut total 3.500 produk yang masuk Generalized System of Preference (GSP) atau daftar produk yang bebas bea masuk yang dihasilkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Saat ini, sedang ada dua hal yang dikaji. Pertama, gentle review. Kedua, ada review 124 produk yang kami ekspor ke sana (AS)," katanya.
ADVERTISEMENT