Asian Games Hingga Kampanye Pilpres Dorong Ekonomi di Semester II 2018

6 Agustus 2018 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertumbuhan Ekonomi (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertumbuhan Ekonomi (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan sejumlah kegiatan akan menopang pertumbuhan ekonomi semester II 2018. Mulai dari perhelatan Asian Games, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, hingga persiapan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 dinilai akan mendorong konsumsi rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Adapun pada kuartal II 2018, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,27 persen secara tahunan atau year on year (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,01 persen (yoy). Dan pada semester I 2018, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17 persen (yoy).
Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,14 persen (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,95 persen (yoy).
"Saya masih berharap kita ada Asian Games, mungkin masih ada pertemuan IMF-World Bank, persiapan pilpres akan mulai kencang," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (6/8).
Suhariyanto menyebut, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV tahun ini harus mencapai 5,4 persen (yoy) dan 5,63 persen (yoy) untuk mencapai target dalam APBN 2018 yang mencapai 5,4 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, lanjut dia, hal lain yang perlu didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Apalagi, pada kuartal II 2018 laju investasi hanya tumbuh sebesar 5,87 persen (yoy), melambat dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar 7,95 persen (yoy).
"Kalau kita hanya mengandalkan belanja pemerintah untuk investasi itu enggak cukup, tapi pemerintah harus memberikan kepercayaan bagi swasta. Kontribusi belanja modal hanya 10 persen, artinya sisa 90 persen adalah tergantung swasta," jelas dia.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu mewaspadai kenaikan impor pada kuartal selanjutnya. Terlebih, ekspor Indonesia juga sangat bergantung pada kondisi global, termasuk permintaan negara eksportir hingga harga komoditas.