Asosiasi Petani Sawit Bangun 3 Pabrik Mini Pengolahan Minyak Goreng

9 Juli 2019 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelapa Sawit yang sedang diangkut dengan truk. Foto: Samsul Said/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kelapa Sawit yang sedang diangkut dengan truk. Foto: Samsul Said/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) tengah membangun sebanyak tiga pabrik mini pengolahan kelapa sawit untuk dijadikan minyak goreng di dalam negeri. Adapun tiga pabrik mini kelapa sawit ini berlokasi di Provinsi Riau, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Nantinya, setiap pabrik akan mampu menghasilkan sebanyak 400-600 kilogram (kg) minyak goreng dari tandan buah segar (TBS) milik petani kelapa sawit rakyat.
Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung mengatakan, pabrik skala home industry ini ditargetkan beroperasi di kuartal IV 2019. Minyak goreng hasil pabrik nantinya akan dijual ke ritel-ritel yang ada di daerah tersebut.
"Kami targetnya kuartal IV tahun ini bisa launching. Output minyak goreng ini kan no expired jadi bisa tahan lama, enggak kayak TBS yang lewat satu hari mutunya menurun. Rencana minyak gorengnya akan dijual kalau enggak untuk petani itu ya ke ritel-ritel di kota tadi," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (9/7).
Pelantikan Ketua Umum dan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit aindknesia (DPP Apkasindo). Foto: Elsa Toruan/kumparan
Gulat yakin, minyak goreng buatan pabrik mini pengolahan kelapa sawit nantinya akan diterima di masyarakat mengingat kebutuhan minyak goreng masih tinggi. Selain itu, minyak goreng produksi pabrik mini ini juga mampu bersaing karena harganya lebih murah dari minyak goreng pabrik besar lain.
ADVERTISEMENT
"Untuk kota Pekanbaru saja misalnya, satu hari itu 37 ton kebutuhan minyak goreng. Ini masih tinggi, dan kita yakin bisa diterima karena kita akan jual di bawah harga minyak goreng pabrik lain," ujarnya.
Dia menambahkan, langkah ini dilakukan agar diversifikasi produk turunan CPO semakin banyak. Sebab, para petani kelapa sawit selama ini hanya mengandalkan pendapatan dari berjualan TBS ke pabrik.
Dengan adanya pabrik ini, sebanyak 15 ton TBS petani per hari bisa terserap untuk diolah menjadi minyak goreng.
"Jadi ini adalah bentuk diversifikasi minyak sawit agar pelaku usaha tidak hanya menjual CPO saja. Dengan cara ini, petani enggak hanya jual TBS, mereka olah sendiri dan jadi tinggi harganya setelah jadi minyak goreng," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Bangun Tiga Pabrik Mini Sawit, Apkasindo Gelontorkan Rp 6 Miliar
Investasi yang dikeluarkan untuk membangun tiga pabrik ini adalah sebanyak Rp 6 miliar. Dana ini disebut diperoleh dari patungan antarsesama anggota koperasi petani sawit dan bantuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
"Masing-masing pabrik itu butuh dana sekitar Rp 2 miliar. Ini pabriknya ada di Riau, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan," kata Gulat.
Sementara itu, Kepala Departemen Hukum dan Advokasi Apkasindo, Abdul Aziz, mengatakan masalah paling utama dalam hilirisasi petani sawit sekarang ini adalah dukungan pendanaan dari pemerintah.
Dia menjelaskan, pabrik mini yang ada di Sumatera Selatan berasal dari bantuan Kemendes PDTT, sedangkan dua pabrik lainnya disokong dari dana swadaya.
ADVERTISEMENT
"Petani sekarang itu bukan enggak melek teknologi, tapi persoalan dukungan pendanaan pemerintah dan izin terkait," katanya.
Dia pun mencontohkan pabrik mini ini berawal dari modal nekat masyarakat di Rokan Hilir. Hanya dengan modal Rp 240 juta, pabrik refinery minyak goreng di sini pun berhasil dibangun.
Bahkan, Aziz mengaku optimistis pihaknya bisa membuat biodiesel. Asal tersedia modal dan proses perizinan yang mudah.
"Izin-izin dari pemerintah itu misal dari dinas kesehatan dan untuk kualitas produksi," tambahnya.