news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Atasi Gejolak Rupiah, BI Punya 3 Alasan Ogah Kontrol Devisa

6 Juni 2018 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang dolar (Foto: ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang dolar (Foto: ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Meski gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikar (AS) menyusahkan banyak pihak, namun Bank Indonesia (BI) tak pernah berniat melakukan kontrol devisa, sebagai cara untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Memang risikonya, modal asing bisa bebas masuk dan keluar sesukanya.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kontrol devisa tak selalu baik dan ada dampak buruknya juga. “Jadi jangankan merencanakan, terpikir pun tidak untuk menerapkan kontrol devisa,” katanya saat bertemu pimpinan sejumlah media di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (6/6).
Perry yang pernah bertugas di Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) itu juga mengungkapkan, lembaga itu punya panduan dalam mengatur aliran modal asing. Menurutnya, ada 3 prinsip dasar (guideline) dalam mengatur cross-border capital flows.
Pertama, kontrol devisa bukan merupakan instrumen utama untuk memperkuat nilai tukar. “Yang jadi dasar itu adalah fundamental makroekonomi. Jadi enggak boleh kontrol aliran modal menggantikan peran instrumen utama itu,” ujarnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Yang kedua, lanjut Perry, kalau pun kebijakan pengelolaan aliran modal dilakukan maka targetnya harus spesifik dan diberlakukan dalam jangka waktu yang terbatas. “Misalnya BI pernah menanyakan ke Menteri Keuangan, mungkin enggak diberlakukan pajak progresif atas imbal hasil investasi portofolio. Jadi kalau dia simpan di dalam negeri dalam waktu singkat, pajaknya makin tinggi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Namun menurutnya, hal itu bukan tanpa risiko. Karena tentu investor menjadi enggan menanamkan dananya ke Indonesia padahal kebutuhan investasi masih tinggi. Sehingga hal itu sejauh ini hanya wacana saja.
Ketiga, menurut Perry, kontrol devisa bisa dilakukan jika terdapat risiko sistemik dalam perekonomian nasional suatu negara. “Saat ini fundamental internal kita baik. Ini murni masalah tekanan eksternal. Jadi kita enggak terpikir mengontrol lalu lintas devisa,” pungkasnya.