Atasi Perang Dagang, Bos IMF Minta Negara G20 Reformasi Ekonomi

21 Maret 2018 8:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Christine Lagarde, Managing Director IMF (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Christine Lagarde, Managing Director IMF (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mendesak para pemimpin keuangan G20 untuk menghindari tindakan yang berlebihan dalam menyelesaikan sengketa perdagangan. Dia merujuk tarif bea masuk yang diterapkan Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataannya pada pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, Lagarde menekankan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi negara-negara melakukan reformasi ekonomi. Ini merupakan langkah yang baik dibandingkan dengan terus terjebak dalam kekhawatiran perang tarif.
"Saya menegaskan kembali bahwa kita harus menghindari godaan kebijakan yang hanya melihat ke dalam negeri saja. Sebaliknya, kita harus bekerja sama untuk mengurangi hambatan perdagangan dan menyelesaikan ketidaksepakatan perdagangan tanpa menggunakan langkah-langkah yang berlebihan," ujar Lagarde dalam keterangan resminya yang diterima kumparan (kumparan.com), Rabu (21/3).
Menurut dia, reformasi ekonomi saat ini jauh lebih penting. Sebab kekuatan ekonomi di negara maju yang membawa pertumbuhan saat ini, pada akhirnya akan berkurang.
"Risiko yang terakumulasi, seperti tingkat utang tinggi di negara maju dan terus meningkat di banyak negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah, hal ini membawa ketidakseimbangan global, bahkan bisa diperburuk oleh bauran kebijakan di beberapa negara besar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jokowi dan Christine Lagarde (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Christine Lagarde (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Untuk mengurangi berbagai risiko saat ini, seperti penumpukan utang tersebut, negara harus memanfaatkan momentum dengan membangun penyangga fiskal. Selain itu juga memanfaatkan kebijakan makro dan mikroprudensial secara aktif.
"Saya juga menekankan pentingnya menangani penumpukan utang di sektor publik dan swasta, mengikuti periode kondisi keuangan yang panjang. Hal ini menciptakan kerentanan finansial, terutama karena kondisi moneter semakin ketat. Nilai tukar yang fleksibel dapat membantu mengurangi guncangan eksternal," kata dia.
Pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 diadakan sejak Senin (19/3) tersebut dihadiri oleh 57 delegasi dari berbagai negara dan institusi. Pertemuan yang diadakan di Center of Exhibitions and Conventions (CEC) itu juga dihadiri oleh sepuluh kepala organisasi internasional, termasuk Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde.
ADVERTISEMENT
Untuk Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo turut hadir dalam acara besar tersebut.