Australia Geser Kedutaan ke Yerusalem, RI Akan Tunda Perjanjian Dagang

16 Oktober 2018 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo terima kedatangan PM Australia Scott Morrison di Istana Bogor, Jumat (31/8/2018). (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo terima kedatangan PM Australia Scott Morrison di Istana Bogor, Jumat (31/8/2018). (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)
ADVERTISEMENT
Indonesia membuka opsi menunda penandatanganan perjanjian kemitraan komprehensif dengan Australia atau Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Sebelum isu penundaan mencuat, perjanjian dagang kedua negara tersebut rencananya bisa dilakukan pada November tahun ini.
ADVERTISEMENT
Alasan penundaannya ialah protes Indonesia atas rencana Australia untuk memindahkan kedutaannya di Israel ke Jerusalem.
Ditulis ABC, Selasa (16/10), komitmen penandatanganan IA-CEPA awalnya diumumkan saat kunjungan luar negeri perdana dari Perdana Menteri Australia Scott Morrison ke Indonesia pada akhir Agustus 2018.
Mengutip sumber dari pejabat senior pemerintah Indonesia, ABC menulis ada kekhawatiran penandatanganan perjanjian IA-CEPA tidak bisa terlaksana pada akhir 2018, seperti recana sebelumnya.
Atas pernyataan Morrison, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne langsung menghubungi Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
"Indonesia mendukung Palestina sebagai negara merupakan prioritas kebijakan luar negeri (Indonesia), artinya saran PM Australia dipandang hal buruk bagi Jakarta," tulis ABC.
Keakraban Presiden Jokowi dan Scott Morrison Perdana Menteri Australia di Kebun Raya Bogor, Jumat (31/8/18). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keakraban Presiden Jokowi dan Scott Morrison Perdana Menteri Australia di Kebun Raya Bogor, Jumat (31/8/18). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Lanjut sumber tersebut, Menlu Marsudi secara terus-menerus mempertanyakan sikap Canberra yang berencana memindahkan kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Jerusalem, mengikuti langkah Amerika Serikat. Atas peristiwa tersebut, menlu kedua negara melakukan pertemuan hari ini di Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Ada potensi penandatanganan kesepakatan dagang Indonesia-Australia ditunda," ungkap sumber Pejabat Senior Indonesia.
Namun, Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukito membatah adanya rencana penundaan perjanjian dagang dengan Australia.
"Tidak seperti itu (ditunda)," ungkap Enggar kepada Reuters. Sementara itu kumparan juga mengkonfirmasi hal ini kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan. Namun Oke tak merespons telepon ataupun pesan tertulis.
Dalam rapat kerja dengan Parlemen Australia, Morrison menyebut bila dirinya secara intens menjalin komunikasi dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, termasuk komunikasi antar menteri luar negeri.
"Ini adalah bagian dari manajemen hubungan internasional dan saya menjelaskan secara jelas tentang pengumuman hari ini. Saya sangat senang menerima masukan dari Presiden Joko Widodo. Kita terus melanjutkan pembicaraan dengan intens dan kooperatif dengan sahabat dan mitra kita di seluruh dunia terkait isu ini (pemindahan kedutaan)," ungkap Morrison di parlemen Australia.
ADVERTISEMENT
Bagi Australia, perjanjian dagang sangat penting karena Indonesia akan memberikan tarif 0 persen untuk 500.000 ton gandum. Selain itu, Indonesia bisa memperkecil tarif dan memperlebar kuota impor produk ternak hidup, kebutuhan sehari-hari dan holtikultura asal Australia.
Perjanjian IA-CEPA juga bisa berkontribusi ke industri pendidikan karena Australia diizinkan membuka kampus dan pusat pelatihan di Indonesia.
"Indonesia juga ingin agar diperluasnya akses terhadap WNI untuk bisa bekerja di Australia dan juga mendukung industri kelapa sawitnya," tutup ABC.