Babak Baru Perang Dagang, China Adukan AS ke WTO

15 Agustus 2018 9:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Sekretariat Jenderal World Trade Organization (WTO) di Geneva, Swiss
 (Foto: wto.org)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Sekretariat Jenderal World Trade Organization (WTO) di Geneva, Swiss (Foto: wto.org)
ADVERTISEMENT
Perseteruan perang dagang antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru, setelah Pemerintah China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Hal ini dipicu kebijakan pengenaan tarif hingga 30 persen, untuk produk panel surya impor, yang dianggap menjegal industri China.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, AS juga mensubsidi perusahaan energi baru terbarukan dalam negerinya. Kementerian Perdagangan China menganggap kebijakan dagang AS tersebut, telah mendistorsi pasar produk panel surya.
"Karena pelanggaran AS telah sangat mendistorsi pasar global untuk produk-produk seperti photovoltaics dan merusak kepentingan perdagangan China. Penggunaan mekanisme penyelesaian perselisihan oleh WTO adalah tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan kami yang sah dan mempertahankan peraturan perdagangan multilateral," demikian dikutip Reuters dari situs Kementerian Perdagangan China, Selasa (14/8) malam.
Pada Januari lalu, Washington memberlakukan tarif impor panel surya, untuk jangka empat tahun. Pada tahun pertama sebesar 30 persen, lalu secara bertahap diturunkan hingga menjadi 15 persen pada tahun keempat.
Panel surya mengapung di China. (Foto: Sungrow/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Panel surya mengapung di China. (Foto: Sungrow/Facebook)
China yang sedang berseteru dalam perang dagang dengan AS, mengadukan perkara ini ke WTO. China menilai pengaduan itu untuk menguji legalitas kebijakan AS, dengan mengatakan kebijakan itu tidak hanya merugikan China, namun juga merusak otoritas WTO.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya Amerika Serikat menuduh China menggunakan instrumen subsidi dan mendorong kapasitas produksi massal. Dengan cara itu, China bisa menekan harga produk panel surya dan membuat para pesaing AS gulung tikar.
Data Asosiasi Industri Fotovoltaik China (CPIA), mengungkapkan kapasitas produksi panel surya AS turun dari 1,5 gigawatt (GW) pada tahun 2011 menjadi 1 GW tahun lalu, sebagai akibat dari kebangkrutan sebagian industri tersebut.
Sementara produsen perangkat tenaga surya China, dapat menghadapi gelombang penutupan setelah pemerintah membatasi ekspansi industri tersebut. Tahun ini, industri panel surya China mematok target 30 GW, turun dari tahun lalu sebesar 53 GW.