news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bahan Baku Lokal Tak Tersedia, Pengusaha Mamin Terpaksa Impor

4 Juli 2018 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua GAPMMI, Adhi S Lukman (Foto: Siti Maghfirah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua GAPMMI, Adhi S Lukman (Foto: Siti Maghfirah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Usaha di sektor industri makanan dan minuman (mamin) memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku. Kalau bahan baku ini terganggu, maka kinerja industri mamin juga akan terganggu.
ADVERTISEMENT
Inilah yang dikemukakan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman saat ditemui di JW Marriot Hotel, Jakarta, Rabu (4/7).
“Sebenarnya kami lebih suka menggunakan bahan baku lokal. Sebab, lebih praktis. Kalau impor, kami harus mengimpor bahan baku makanan dan minuman dalam jumlah besar. Otomatis berpengaruh ke cashflow, kami juga perlu memikirkan angkutan barangnya, persiapan gudangnya,” tambahnya.
Karenanya, Adhi mengatakan, pihaknya harus mengimpor bahan baku makanan dan minuman dari negara lain. Selain karena minimnya ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan, beberapa kriteria seperti jaminan mutu dan memuaskan lidah global juga dianggap menjadi alasan lain para pelaku industri mamin mengimpor bahan baku.
Ilustrasi display produk Korea di supermarket. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi display produk Korea di supermarket. (Foto: Pixabay)
“Kadang, kami harus menyesuaikan rasa. Seperti di Indonesia itu tren sekarang lebih menyukai cita rasa lokal, makanan apapun pasti dibuat dengan rasa lokal. Bahkan makanan modern sekalipun. Selain ada unsur bahan baku lokal di dalamnya, juga perlu bahan baku dari luar seperi flavor,” katanya.
ADVERTISEMENT
Beberapa bahan baku yang masih harus diimpor oleh pelaku industri makanan dan minuman adalah susu 80%, garam 70%, pewarna dan flavor 70%, dan tepung terigu sebesar 100%.
“Kami mengimbau agar para produsen bahan baku lokal harus berinovasi dan mengeksplor sumber daya alam yang ada di Indonesia. Kami juga ingin mengubah pandangan bahwa tak selamanya impor itu buruk. Kami butuh bahan baku dan dalam negeri enggak mampu memenuhi yah terpaksa impor,” tutupnya.