Banjir Keramik Impor Mayoritas Datang dari China

15 Mei 2018 16:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ubin keramik. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ubin keramik. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Industri keramik dalam negeri merupakan salah satu industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja. Sayangnya, potensi industri keramik dalam negeri yang cukup besar kini tengah terancam karena maraknya produk keramik impor.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengungkapkan produk keramik impor tersebut datang dari berbagai negara, mayoritas dari China.
“Dari beberapa negara. Tapi mayoritas, paling banyak memang dari China,” ungkap Elisa pada kumparan (kumparan.com), Selasa (15/5).
Elisa menambahkan maraknya impor keramik dari China salah satunya dipicu karena bea masuk impor yang tergolong rendah. Dia mengungkapkan bea masuk untuk impor keramik China hanya dipatok sebesar 5%.
Industri keramik Sukatali (Foto: ANTARA FOTO/Agvi Firdaus)
zoom-in-whitePerbesar
Industri keramik Sukatali (Foto: ANTARA FOTO/Agvi Firdaus)
“Dulu sampai 2017 itu bea masuk impor sebesar 20%. Itu aja setiap tahun impor masih naik terus sampai 22%. Lalu ada ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA), salah satu produk kena penurunan dari 20% ke 5%. Itu yang tidak bisa kami terima,” katanya bernada kecewa.
ADVERTISEMENT
Elisa menjelaskan pada tahun lalu realisasi impor keramik tembus 65 juta meter persegi. Bahkan di kuartal I 2018, impor keramik sudah mencapai 7 juta meter persegi atau naik 51% dibanding periode yang sama pada 2017. Sedangkan produksi keramik dalam negeri mencapai 350 juta meter persegi per tahun. Sebanyak 87% produksi keramik nasional dipasarkan di dalam negeri, serta sisanya di ekspor ke negara-negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Produksi keramik nasional antara lain ubin, tableware, sanitari, dan genteng (rooftile).
“Coba kalau yang sebesar itu diproduksi negara mungkin lapangan pekerjaan akan makin bertambah,” sindirnya.
Oleh Sebab menurutnya kehilangan kapasitas produksi sebesar itu sama saja dengan berkurangnya lapangan pekerjaan. Dengan kondisi tersebut, Elisa bahkan tidak berani memprediksi pertumbuhan industri keramik untuk tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Enggak berani (menargetkan pertumbuhan). Kita berharap sih tumbuh tapi kuartal I aja kita makin berat karena bea masuk turun, impor naik kan. Semua berharap naik, tapi kondisi seperti ini,” tutupnya.