Bank Indonesia: China Mau Investasi untuk Keuangan Digital
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai, tak menampik kondisi tersebut berdampak pada Indonesia karena China menjadi pasar utama. Namun, kondisi ini sejatinya bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan peluang relokasi industri.
"Ini kesempatan, oppurtunity. Menurunnya ekonomi China mari kita tangkap untuk berbagai bidang. Memang kalau ekonomi Tiongkok turun, permintaan komoditas turun. Sebagai orang dewasa kita enggak boleh menyerah," kata Perry di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin (4/3).
Saat ini, para pelaku usaha di negeri Tirai Bambu itu mulai giat menyasar lokasi perusahaan di luar China. Menurut Perry, inilah peluang yang harus ditangkap dengan menarik investasi China agar masuk di Indonesia.
"Saya baru dari Beijing, mereka mau masuk ke konstruksi dan ekonomi keuangan digital. Ini kesempatan, mari kita tangkap," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Perry, Bank Indonesia juga melihat kondisi serupa sebenarnya pernah terjadi sebelumnya. Yaitu seperti yang dilakukan Jepang pada 1980 dan Korea Selatan sejak krisis Asia sekitar 1998.
"Perang dagang seperti AS China pernah terjadi dengan Jepang tahun 1980-an, maka terjadi restrukturisasi di Indonesia. Mereka relokasi industri ke South East Asia, termasuk Indonesia. Sama 1997-1998 South Korea kena krisis, juga relokasi industri," jelasnya.
Menurut Perry, salah satu jenis investasi dari China yang bisa ditarik ke Indonesia adalah bidang pertambangan. Selama ini Indonesia terlalu banyak mengekspor bahan baku mentah.
Dengan adanya kesempatan ini, Perry pun mengimbau agar Indonesia bisa menarik investasi dari China untuk membangun smelter di Indonesia. Sebab, selama ini Indonesia selalu mengekspor bahan mentah.
ADVERTISEMENT
"Tarik mereka untuk bangun smelter dan lain-lain. Sudah masuk di Morowali, khususnya wilayah timur, relokasi industri tarik PMA," katanya.