Bantah Prabowo, PLN Klaim Utangnya Tak Mengerikan

15 Januari 2019 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jaringan transmisi listrik (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jaringan transmisi listrik (Foto: Dok. PLN)
ADVERTISEMENT
Dalam Pidato Kebangsaan di JCC Senayan pada Senin (14/1) malam, Calon Presiden Prabowo Subianto menyebut PLN sebagai salah satu BUMN dengan utang yang mengerikan.
ADVERTISEMENT
Menurut Prabowo, utang PLN sudah kelewat besar sehingga kondisinya tak sehat.
Penilaian Prabowo itu dibantah oleh PLN. EVP Corporate Communications PLN, I Made Suprateka, menjelaskan bahwa utang suatu perusahaan bisa dikatakan dalam kondisi berbahaya apabila rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) lebih dari 200 persen.
Ekuitas PLN berdasarkan laporan keuangan pada kuartal III 2018 mencapai Rp 842,99 triliun. Sedangkan utang PLN pada periode tersebut, sebesar Rp 543,42 triliun. Dengan demikian DER PLN baru sebesar 0,644 atau 64,4 persen.
"Kalau bicara utang, barometernya harus jelas. Kalau pakai rasio keuangan, parameternya adalah DER. DER kita jauh di bawah 100 persen. Kalau di atas 200 persen, baru bahaya," kata Made kepada kumparan, Selasa (15/1).
Prabowo Subianto saat menyampaikan pidato kebangsaan di JCC Senayan, Jakarta, Senin (14/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto saat menyampaikan pidato kebangsaan di JCC Senayan, Jakarta, Senin (14/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan )
Dengan DER sebesar 64 persen, artinya setiap utang PLN Rp 0,64 dijamin oleh ekuitas senilai Rp 1. Artinya, utang PLN pasti terbayar karena ada jaminan yang cukup.
ADVERTISEMENT
"Nah kalau DER 200 persen, berarti tiap utang Rp 2 hanya dijamin ekuitas Rp 1. Jadi ada utang yang berpotensi tidak terbayar. Kalau kita sekarang kuat, DER hanya 64 persen," tegasnya.
Ia menambahkan, minat bank dan lembaga keuangan untuk memberi pinjaman ke PLN masih amat besar. Hal ini menunjukkan bahwa keuangan PLN masih sehat. Sebab, kreditur tak akan memberi pinjaman jika PLN berpotensi gagal bayar.
Dengan total aset yang mencapai Rp 1.386 triliun dan DER masih di bawah 100 persen, PLN pun masih punya ruang yang luas untuk mengambil utang.
"Minat pasar masih tinggi, mereka pasti analisis mendalam. PLN adalah BUMN terbesar," tutur Made.
Selain itu, PLN sudah melakukan reprofilling untuk menekan beban bunga. PLN menata ulang utang dengan mengambil utang baru yang berbunga rendah untuk melunasi utang lama yang bunganya tinggi.
ADVERTISEMENT
"Reprofilling sudah kita lakukan untuk mengurangi beban bunga, misalnya dengan penerbitan Global Bond beberapa waktu lalu," tutupnya.