Bappenas Proyeksi Perekonomian Indonesia Capai 5,3 Persen di 2019

3 Januari 2019 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menghadiri Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018. (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menghadiri Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018. (Foto: ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal)
ADVERTISEMENT
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,2 hingga 5,3 persen pada pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan perekonomian di tahun ini masih ditopang konsumsi rumah tangga yang berada di sekitar 5 persen.
"Ya perkiraan saya antara 5,1-5,2 persen 2018 ini. Tapi 2019 ya mudah-mudahan 5,2-5,3 persen," ujar Bambang di kantornya, Jakarta, Kamis (3/1).
Investasi asing dan domestik, baik bangunan dan nonbangunan, juga diharapkan mengalami pertumbuhan di tahun ini dibandingkan tahun lalu. "Dan yang tak kalah penting memang investasi juga diharapkan tumbuh," kata dia.
Selain itu, neraca perdagangan juga diperkirakan mulai mengarah positif pada 2019. Sebab upaya pemerintah untuk membatasi impor migas seperti campuran biodiesel 20 persen (B20) dinilai akan mulai terasa dampaknya di tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Kalau untuk 2019 mudah-mudahan, program-program untuk membatasi impor, terutama yang di migas bisa berjalan dengan baik," jelasnya.
Dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sebenarnya pertumbuhan ekonomi pada 2019 ditargetkan sebesar 8 persen. Adapun di tahun lalu, perekonomian ditargetkan 7,4 persen.
Namun Bambang menuturkan, pencapaian target pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir ini sangat dipengaruhi ketidakpastian perekonomian global.
Saat ini, kata dia, yang terpenting adalah menggenjot industrialisasi, sehingga tak lagi mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) karena harganya yang berfluktuasi.
"Harga natural resources tidak pernah stabil, kalau yang stabil hanya manufaktur," ujarnya.