Beban Operasional Tinggi, Penyebab Hero Tutup 26 Gerai Giant

14 Januari 2019 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keputusan PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) menutup 26 gerai Giant, anak usaha perseroan, cukup mengagetkan bagi industri bisnis ritel di Tanah Air. Akibat keputusan tersebut, sebanyak 532 karyawan Giant terkena PHK.
ADVERTISEMENT
Adapun gerai Giant yang ditutup perseroan tersebar di wilayah Jawa dan Sumatera. Seluruh gerai Giant tersebut merugi akibat persaingan di bisnis makanan yang sangat ketat.
"Toko yang rugi dan beban operasional tinggi. Sebagai informasi, 26 toko yang ditutup hanya dari bisnis makanan sementara yang non makanan bagus," kata Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk, kepada kumparan, Senin (14/1).
Menurut Tony, bisnis makanan selama sembilan bulan pertama 2018 sangat menantang. Hampir seluruh toko mengalami kerugian dan beban biaya operasional yang tinggi.
"Per September 2018 penjualan bisnis makanan (Giant dan Hero) turun 6 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan bisnis makanan mengalami kerugian operasional Rp 163 miliar, lebih diburuk dibanding periode sama tahun sebelumnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Mengutip data keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara konsolidasi HERO mencatat kenaikan laba bersih tahun berjalan pada kuartal III 2018 sebesar Rp 86,181 miliar. Angka ini meningkat 22,41 persen dibandingkan kuartal III 2017 senilai Rp 70,402 miliar.
Asosiasi Pekerja Supermarket (Aspek) dan Serikat Pekerja Hero Supermarket Berdemonstrasi Akibat PHK Sepihak di Depan Kantor Hero, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (10/1). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Asosiasi Pekerja Supermarket (Aspek) dan Serikat Pekerja Hero Supermarket Berdemonstrasi Akibat PHK Sepihak di Depan Kantor Hero, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (10/1). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
Namun, Tony mengaku secara fundamental bisnis makanan merugi dan mau tidak mau harus dilakukan efisiensi yang salah bentuknya adalah mengurangi beban operasional.
"Walaupun secara konsolidasi setelah digabungkan dengan bisnis non-makanan (Guardian dan IKEA) perusahaan masih mendapatkan keuntungan," ujarnya.
Keputusan perusahaan tak diterima oleh semua karyawan. Pada Jumat pekan lalu, ratusan pekerja Hero yang tergabung dalam Asosiasi Pekerja Supermarket (Aspek) dan Serikat Pekerja Hero Supermarket (SPHS) berdemonstrasi di depan Kantor Hero, Bintaro, Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Mereka menilai pihak manajemen telah melakukan pemutusan kerja terhadap 75 karyawan secara sepihak. Presiden Aspek Mirah Sumirah, mengatakan perusahaan sudah mulai melakukan PHK sejak 2017.
Awalnya, kata dia, PHK berjalan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Namun, memasuki tahun 2018, pihak manajemen tidak lagi melaksanakan ketentuan dengan melakukan PHK tanpa memberi tahu pekerja yang bersangkutan sebelumnya.