news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Beda dengan Sandi, JK Pilih Tak Buyback Indosat

26 Maret 2019 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) bersama Dewan Pengarah Jenggala Center Jusuf Kalla memberikan keterangan pers seusai menghadiri Rapat Konsolidasi Nasional Jenggala Center di Jakarta, Minggu (3/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) bersama Dewan Pengarah Jenggala Center Jusuf Kalla memberikan keterangan pers seusai menghadiri Rapat Konsolidasi Nasional Jenggala Center di Jakarta, Minggu (3/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, berencana mewujudkan janji kampanye Jokowi pada Pilpres 2014 untuk membeli kembali saham (buyback) Indosat dari Qatar Telecom. Terkait hal ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai buyback Indosat tidak bisa dilakukan karena itu sama saja akan mengeluarkan investasi yang sudah masuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak ingat itu. Tetapi seperti yang saya katakan bahwa kita ingin menarik modal asing masuk. Jadi kalau kita buyback, itu kan justru kita mengeluarkan investasi yang sudah masuk itu. Kan itu justru terbaik dari filosofi yang ada," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (26/3).
JK menjelaskan buyback baru bisa dilakukan saat Qatar Telecom sebagai pemilik saham Indonesia ingin menjual sahamnya. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena Qatar Telecom masih ingin beroperasi dan berinvestasi di Indonesia.
"Kemudian bisnis telekomunikasi itu merupakan bisnis yang padat modal. Jadi investasi yang terus menerus dengan keuntungan yang kecil. Karena itu memang saya kira Indosat itu tidak rugi. Hanya keuntungannya sangat kecil," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi ya semua begitu. (Keuntungan) kecil karena persaingan begitu banyak dan teknologi berkembang terus sehingga investasi terus. Sebab kalau kurang investasi akan kalah dengan saingan yang lain, karena begitu banyaknya variasi dari teknologi itu," tuturnya lagi.
Prabowo-Sandi saat di rumah dinas Jusuf Kalla. Foto: Kevin S/kumparan
JK menilai dengan keadaan yang ada saat ini, akan lebih menguntungkan bagi Indonesia bila membeli saham dan berinvestasi di perusahaan lain. Karena dengan demikian, akan lebih menambah tenaga kerja dan menambah penerimaan pajak.
"Kalau hanya membeli yang sudah ada, itu kan tidak menambah apa-apa. Hanya pindah kepemilikan dan di Indonesia juga sudah ada di situ. Bukan masalah nasionalisme saja, tetapi ini kita berangkat dari pemikiran investasi yang masuk ke dalam negeri. Jangan justru dikeluarkan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Cawapres Sandiaga Uno mengungkapkan keinginannya untuk mewujudkan janji Jokowi buyback Indosat dari Qatar Telecom. Sebab menurutnya, kepemilikan saham Indonesia ini sangat penting bagi Sandi sebagai basis big data untuk memaksimalkan fungsi e-KTP.
"Bagaimana industrialisasi lapangan kerja. Nah, salah satu yang mau kita dorong adalah dengan KTP elektronik, tapi kita juga harus menguasai data. Dan sebetulnya ide Pak Jokowi untuk mem-buyback Indosat itu bagus, dan di bawah Prabowo-Sandi akan kita usahakan," kata Sandi di kawasan Buaran, Klender, Jakarta Timur, Rabu (20/3).
Jokowi Janji Buyback Indosat Saat Kampanye Pilpres 2014
Jokowi saat masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 melempar janji untuk melakukan pembelian kembali saham ISAT. Saham milik negara di perusahaan telekomunikasi itu, dijual pemerintah semasa Presiden Megawati Soekarnoputri ke Singapore Technologies Telemedia (STT) pada 2002 silam. Kemudian pada tahun 2008, Qatar Telecom (sekarang Ooredoo) membeli saham ISAT dari STT.
ADVERTISEMENT
Saat ini, komposisi kepemilikan saham di ISAT secara mayoritas dikuasai oleh perusahaan asal Qatar, Ooredoo Asia Pte. Ltd, dengan porsi sebesar 65 persen dan publik sebesar 20,71 persen. Pemerintah Indonesia masih menguasai 14,29 persen saham di perusahaan yang identik dengan warna kuning ini.
Indosat Ooredoo. Foto: Aditya Panji/kumparan
Pada akhir Januari lalu, CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter menjelaskan buyback saham ISAT sudah sulit untuk dilakukan. Chris pun telah menjelaskan hal tersebut kepada Presiden Jokowi. Ia menyarankan kepada Jokowi untuk mengurungkan janji semasa kampanye itu. Chris mengatakan Ooredoo bisa saja melepas saham Indosat kepada pemerintah, tapi harganya akan mahal walau saat ini kondisi nilai saham Indosat sedang menurun tajam. Hal ini juga telah disampaikan Chris ke Jokowi secara langsung.
ADVERTISEMENT
Selama 1 tahun terakhir, saham emiten berkode ISAT ini mengalami penurunan. Bahkan tercatat sebagai posisi terendah dalam 5 tahun terakhir. Posisi terendah terjadi pada 27 Desember 2018, yakni dijual di harga Rp 1.645. Namun, harga saham ISAT merangkak naik di awal 2019. Hari ini, saham Indosat dijual pada harga Rp 2.550. Pada tahun buku 2018, ISAT mencatat kerugian Rp 2,085 triliun sepanjang 2018. Mengutip laporan keuangan ISAT, kinerja perusahaan mengalami penurunan drastis bila dibandingkan tahun 2017. Emiten berkode ISAT mencatat laba setelah pajak Rp 1,301 triliun di 2017.
Sementara sang induk-Ooredoo, juga mencatat penurunan kinerja keuangan (laba bersih), yakni dari QAR 1,889 miliar pada kuartal III-2017 menjadi QAR 1,307 miliar pada kuartal-III 2018 (QAR 1 = Rp 3.868,31). Sebagai perusahaan publik di Qatar, Ooredoo telah beroperasi di berbagai negara seperti Aljazair, Indonesia, Iraq, Singapura, Myanmar, Kuwait, Laos, Palestina, Tunisia hingga Maldives.
Menagih janji Jokowi buyback Indosat. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
ADVERTISEMENT