Begini Proses Cek Barang-barang di Badan Karantina Sebelum Diekspor

8 Agustus 2018 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gudang fermentasi biji kakao PT KKI (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gudang fermentasi biji kakao PT KKI (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Balai karantina menjadi garda terdepan untuk mendongkrak ekspor komoditas di Sulawesi Tenggara. Sebab, balai karantina menjadi pintu penyeleksi kualitas barang yang mau dikirim ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari Laode M Mastari mengatakan, untuk barang yang diekspor harus memiliki sertifikat pembebasan yang layak.
Pada komoditas pertanian, misalnya kakao dan produk turunannya, proses dimulai bukan saat barang-barang tiba di pelabuhan lalu siap dikirim ke negara tujuan tapi sejak benihnya masuk ke Kendari.
Dia bilang, pemeriksaan benih pertama kali dilakukan di kargo Bandara Udara Haluoleo, Kendari. Saat itu, petugas memeriksa apa saja komoditas pertanian yang masuk ke sana. Per barangnya, diperiksa oleh petugas yang harus disaksikan si penerima di Kendari yang umumnya telah diberi kuasa oleh si pemilik barang di daerah asal.
“Fungsi karantina ini membantu ekspor kita. Banyak masyarakat kita hanya memahami fungsi aspek pemeriksaan dokumen saja. Padahal kita kawal dari masuknya bibit. Jangan hanya periksa dokumen. Tapi cari tahu bibitnya karena produksi itu dimulai dari bibit,” kata dia saat ditemui kumparan di Kendari, Selasa (7/8) malam.
Aktivitas di PT Kalla Kakao Industri  (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas di PT Kalla Kakao Industri (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Kakao merupakan tanaman yang memiliki berbagai macam benih. Benih yang lolos pemeriksaan balai karantina lalu dikawal juga saat pembibitan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Tim balai karantina akan monitoring pasca penanaman pertama. Waktunya bervariasi dari dua hingga delapan minggu. Ini dilakukan untuk mengecek apakah bibit yang ditanam ini tumbuh subur atau tidak.
“Kita kawal bibit, lalukan monitoring pasca penanaman. Setelah ditanam itu kita kirim tim monitoring. Cek subur enggak? Ada gangguan penyakit atau enggak? Baru kami analisis,” lanjut Mastari.
Setelah monitoring beberapa kali hingga panen, tim balai karantina pun akan monitoring lagi untuk melihat bagaimana proses pengeringan biji kakao berlangsung. Umumnya, ada dua cara yaitu menggunakan mesin atau alat dan mengandalkan cuaca panas alami. Tapi, biasanya petani lebih suka menggunakan mesin blower karena lebih cepat kering.
Usai biji kakao kering, petani biasanya menjual ke pabrik untuk diolah. Di Kendari, pengolahan kakao jadi produk turunan dilakukan oleh PT Kalla Kakao Industri (KKI). Pabrik ini sebenarnya sudah lama berdiri dan memiliki kebun kakao yang produksinya hanya dalam bentuk biji kering. Tapi sejak 2015 lalu, pabrik mengolahnya menjadi butter kakao yang punya nilai lebih untuk diekspor.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya di kebun kakao saja, tim balai karantina juga melakukan pengecekan saat kakao itu sampai ke pabrik. Tapi, Mastari dan tim hanya bisa melihat saat proses pengepakannya saja dan memastikan semua terbungkus dengan baik serta bebas jamur.
Petugas Balai Karantina Pertanian Kendari cek gudang PT Kalla Kalao Industri  (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Balai Karantina Pertanian Kendari cek gudang PT Kalla Kalao Industri (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
“Proses mekanisasi seluruh pabrik itu biasanya tertutup. Nanti pada proses packing, tim balai karantina ikut lihat. Dos atau kardus juga diperiksa juga karena sudah lama digudang. Ada juga wadah kayu atau palet itu tapi mesti difumigasi karena ada beberapa negara yang maunya gitu (biar terbebas dari jamur),” katanya.
Tim balai karantina juga mengecek kelayakan gudang untuk menyimpan produk butter kakao yang siap diekspor sambil menunggu kontainer dari pelabuhan datang dan memastikan volume ekspornya terpenuhi. Tim harus memastikan betul bahwa gudang itu bebas dari jamur, ventilasinya juga harus bagus.
ADVERTISEMENT
Setelah gudang clear, tim mengawal sampai barang-barang ini masuk kontainer dan dikirim ke pelabuhan. Karena sudah melakukan pengawalan dari awal, di akhir, tim balai karantina akan menempelkan stiker quarantine checked di kontainer.
Setelah itu, tim balai karantina akan mengeluarkan sertifikat Phytosanitary (Ps) untuk produk butter kakao. Sertifikat inilah yang menjadi “surat jalan” butter kakao ke Belanda, sebab negara kincir angin mensyaratkan produk kakao yang masuk wajib memiliki sertifikasi.
Gudang penyimpanan bahan baku kakao PT Kalla Kakao Industri  (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gudang penyimpanan bahan baku kakao PT Kalla Kakao Industri (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
“Jadi seperti itulah step kita. Mulai dari cek benih, bibit, budi daya, panen, pengolahan, gudang, angkut ke pelabuhan, sampai keluarkan sertifikat Ps. Inline inspection ini kita lakukan di awal justru supaya saat di pelabuhan tidak terjadi pemeriksaan bongkar barang karena kita sudah kawal dari sejak benih masuk. Jadi tidak benar anggapan kita menghambat atau jadi dwelling time. Justru ini merupakan akselerasi ekspor,” beber Mastari.
ADVERTISEMENT
Provinsi Sultra sendiri baru tahun ini bisa mengekspor langsung ke negara tujuan sejak adanya Kendari New Port pada Januari 2018. Sebelumnya, eskpor selalu dilakukan lewat pelabuhan di Surabaya atau Makassar.
Sejak ada Kendari New Port, volume ekspor pun mulai naik. Dua bulan terakhir, sudah ada 300 ton butter kakao dikirim ke Belanda dengan nilai ekspor Rp 27 miliar.
Bukan hanya penjadi pengawal akselerasi ekspor, Balai Karantina juga menjadi garda terdepan untuk setiap barang pertanian impor yang masuk ke Indonesia. Ini dilakukan agar komoditas pertanian yang masuk ke dalam negeri sehat dan tidak merusak produksi petani lokal.