Benarkah Blockchain Ancaman bagi E-commerce dan Perbankan?

29 Juli 2019 17:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers Global Blockchain Summit 2019 di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta, Senin (29/7). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Global Blockchain Summit 2019 di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta, Senin (29/7). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Blockchain bisa jadi makin dilirik. Pasalnya, sebagai rantai blok yang berisi catatan data transaksi yang terverifikasi, blockchain digadang-dagang mampu melakukan berbagai efisiensi.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Kadin Bidang Logistik dan Rantai Pasok Rico Rustombi mengamini hal itu. Efisiensi yang bisa dilakukan utamanya ialah menghilangkan peran perantara seperti halnya yang dilakukan e-commerce.
"Blockchain ini menghilangkan peran perantara. Blockchain adalah menghubungkan pembeli dengan penjual, jadi end to end. Jadi akan hilang nanti itu mata rantai sebagai intermediary," ujar Rico ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta, Senin (29/7).
Lantas, apakah benar blockchain jadi ancaman bagi e-commerce? Rico menekankan, bisa saja hal itu terjadi sebab konsep blockchain memang memungkinkan para penjual dan pembeli untuk saling terhubung langsung.
"E-commerce gede-gede kalau enggak segera menerapkan blockchain mereka hilang loh, mereka rule-nya kan middle man, yang ngatur perputaran uangnya kan mereka," tegasnya.
Konferensi Pers Global Blockchain Summit 2019 di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta, Senin (29/7). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Berkenaan dengan itu, pihaknya memandang transaksi menggunakan blockchain juga bisa memangkas biaya operasional yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
"Peran perantara (intermediary) dihilangkan karena itu blockchain dipandang menghadirkan transfer yang lebih efisien dan bebas biaya tambahan," tuturnya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani menambahkan, tantangan adanya blockchain juga bisa saja menimpa dunia perbankan. Untuk itu, ia menekankan agar berbagai sektor itu melakukan adaptasi.
Merespons itu, kata Rosan, Bank Indonesia diketahui telah meluncurkan mata uang digital sendiri yang berbasis teknologi blockchain. Langkah itu kemudian diikuti oleh industri perbankan Tanah Air, seperti BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, dan Bank Permata.
"Indonesia terhitung relatif di tahap awal pengembangan blockchain. Tapi peluang yang tersedia sangat terbuka," kata dia.