news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berebut Kursi Pilot

1 Februari 2018 17:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Akhir September 2017, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan sekitar 600 pilot (merevisi ucapan sebelumnya 1.200 lulusan pilot baru) masih menganggur atau belum mendapat pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Fakta tersebut berbanding terbalik dengan empat tahun lalu ketika pemberitaan santer mengabarkan Indonesia kekurangan pilot. Saat itu disebutkan, setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 500 orang pilot dalam satu tahun.
Salah satu maskapai penerbangan swasta di Indonesia, Sriwijaya Air, bahkan sampai mengimpor pilot pada 2013 karena stok pilot di Indonesia masih kurang. Saat itu, Sriwijaya mencari pilot dari Malaysia, India, Korea, Amerika, hingga Eropa.
“Tahun 2012-2013 susah banget cari pilot. Ada sekitar 80-100 orang (pilot yang diimpor) saat itu,” kata Manajer HRD Sriwijaya Group, Agus Setiawan, kepada kumparan di kantor pusat Sriwijaya, CBC Tower, Tangerang, Rabu (17/1).
Kondisi tersebut, menurut Menhub, terjadi karena pertumbuhan maskapai penerbangan meningkat pesat. Peningkatan ini setidaknya terjadi sampai 2015.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, banyak sekolah pilot swasta bermunculan untuk memenuhi kebutuhan pilot yang meroket. Pelbagai maskapai penerbangan pun turut membuka sekolah pilot agar lulusannya dapat disalurkan untuk kebutuhan mereka sendiri.
Sriwijaya Group sebagai induk Sriwijaya Air dan NAM Air, misalnya, memiliki sekolah pilot NAM Flying School. Sementara Lion Air Group memiliki Angkasa Aviation Academy.
Di kemudian hari, banyaknya sekolah pilot tersebut berujung masalah. Indonesia tak lagi minus pilot, melainkan surplus. Jumlah lulusan pilot yang melimpah tak sebanding dengan lowongan kerja yang tersedia.
“Per tahun kita hanya membutuhkan 150-200 pilot baru, sedangkan lulusan sekolah pilot yang ada bisa mencapai 900 orang per tahun,” kata Budi Karya di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, Rabu (24/1).
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu pula, Budi Karya meminta sekolah pilot swasta untuk merger guna mengurangi lulusan pilot baru. Ia mencatat ada delapan sekolah pilot yang tidak memenuhi kelaikan prosedur. Satu di antaranya akan ditutup Februari ini.
Biaya sekolah penerbangan di Indonesia (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
Pakar dan konsultan penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, banyaknya pilot menganggur merupakan market correction. Sebab permintaan industri penerbangan akan tenaga pilot sedang turun, berkebalikan dengan lima tahun lalu.
“Tahun 2014, 2015, 2016, kan pasar (industri) enggak tumbuh, jadi jumlah pilot yang dibutuhkan berkurang,” kata Gerry di kediamannya, Jakarta Selatan, Selasa (29/1).
Manajer HRD Sriwijaya Group Agus Setiawan menyebut pemerintah tak mengontrol sekolah-sekolah pilot, dan tak berkomunikasi dengan maskapai selaku operator soal berapa banyak pilot yang dibutuhkan industri penerbangan, dan berapa banyak lulusan pilot yang dicetak setiap tahun.
Siswa pilot di STPI. (Foto: Jafrianto/kumparan)
Melihat kondisi surplus pilot ini, maskapai selaku operator memperketat penyaringan. Lion Air misalnya mewajibkan setiap pilot yang ingin melamar di perusahaannya memiliki lisensi Airline Transport Pilot Lisence Ground.
ADVERTISEMENT
Lisensi ATPL biasanya diambil pilot ketika akan naik jabatan menjadi seorang kapten dengan jumlah jam terbang minimal 1.500 jam. Sementara ATPL Ground ialah sertifikat yang menyatakan seorang pilot telah lulus ujian tertulis sertifikasi ATPL, tapi tanpa pengalaman terbang. Masalahnya, biaya untuk lisensi ATPL Ground ini Rp 15 juta.
Lion Air juga mensyaratkan skor Test of English for International Communication (TOEIC) untuk pilot pemula minimal 700.
Semua langkah itu, menurut Kepala Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Kapten Novyanto Widadi, untuk mencari pilot baru yang benar-benar mumpuni.
“Yang mendaftar adalah 600 orang, yang diterima hanya kurang lebih 20 orang. Ya artinya dia mendapatkan yang terbaik,” kata Novyanto kepada kumparan di STPI, Curug, Tangerang, Sabtu (27/1).
Sekolah pilot (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Seperti apakah proses rekrutmen pilot sesungguhnya?
ADVERTISEMENT
Manajer HRD Sriwijaya Group, Agus Setiawan, menceritakan proses berliku yang dimulai kala seorang siswa sekolah pilot dinyatakan lulus dan menjadi pilot pemula.
Proses pertama yang harus dilalui adalah tes tertulis untuk menguji kemampuan dasar seorang pilot. Selanjutnya, mereka yang lolos akan memasuki tahap kedua, yakni tes kompetensi melalui interview dari pejabat pilot dan HRD perusahaan.
“Kami review tes mereka secara kompetensi lewat lisan, misalnya ditanya kenapa sih pesawat bisa terbang, lalu arah angin di mana. Jadi tentang logika-logika yang berhubungan dengan profesi kepilotan,” kata Agus.
Setelah melewati dua tes tersebut, calon pilot akan menghadapi psikotes dan uji kemampuan bahasa Inggris pada tahap ketiga. Pada fase inilah, menurut Agus, banyak calon pilot yang gagal.
ADVERTISEMENT
Terakhir, tahap keempat, adalah aptitude test. Di sini, pilot pemula akan dilihat bakat terbangnya dengan menerbangkan pesawat dalam simulator. Aptitude test merupakan ujian paling krusial yang menentukan apakah pilot tersebut diterima atau tidak.
Kapten pilot perempuan. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
Setelah melalui empat tahap ujian di atas, pilot pemula yang lolos tes belum lantas resmi menjadi pilot dari maskapai tersebut. Mereka harus lebih dulu mengikuti proses training atau biasa disebut type rating.
Untuk di Sriwijaya Group, type rating dilakukan selama enam hingga sembilan bulan, namun bisa selesai lebih cepat, tergantung tingkat kecerdasan si pilot pemula.
Type rating membutuhkan biaya tak sedikit. Pilot pemula setidaknya harus menyiapkan dana Rp 300 juta, sebab kini maskapai tak lagi menanggung biaya type rating bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Type rating meliputi satu bulan ground course atau pembelajaran di kelas, dan dua bulan pembelajaran simulator di mana pilot pemula akan memperoleh 40 jam terbang di simulator.
Setelah pilot pemula dinilai mumpuni menerbangkan pesawat di dalam simulator, ia akan mulai menerbangkan pesawat yang sesungguhnya dengan panduan instruktur.
Jika sudah dianggap mahir, pilot akan direkomendasikan untuk melakukan line tarining selama tiga bulan.
Line training di awal biasanya kurang lebih 30-40 jam. Mereka masih duduk di tengah. Kalau di kokpit itu ada kapten, kopilot, dan di belakang mereka ada yang di tengah. Jadi dia masih mengamati,” kata Agus.
Setelah 30 jam, ia akan duduk di kursi kopilot. Pada fase ini, ia didampingi instruktur selama 80 hingga 100 jam.
Pilot perempuan. (Foto: IG @shaesta.waiz)
Berikutnya, pilot yang dinilai memiliki kompetensi sesuai kebutuhan maskapai, akan dikontrak dengan jabatan second officer. Ia dianggap siap menerbangkan pesawat.
ADVERTISEMENT
Jelas sudah, menjadi pilot sama sekali tak mudah. Terlebih dengan persaingan ketat di antara mereka sendiri.
Mereka yang tak lolos tes harus gigit jari dan cari pekerjaan lain--seperti umumnya lulusan universitas yang tak selalu bekerja sesuai disiplin ilmu yang dipelajari semasa berkuliah.
------------------------
Jangan lewatkan isu mendalam lain dengan mengikuti topik Ekspose di kumparan.