Berjalan 2 Tahun, 10 Bali Baru Belum Dilirik Turis Asing

15 Agustus 2018 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Komodo (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Komodo (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan pengembangan destinasi wisata baru di luar area Bali. Rencana yang diluncurkan sejak tahun 2016 ini bertujuan untuk mendorong kunjungan wisatawan asing, mengembangkan ekonomi daerah dan menaikkan angka devisa. Dua tahun lebih program berjalan, lantas bagaimana perkembangan wisata 'Bali Baru' ?
ADVERTISEMENT
Menurut data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dirilis Bank Indonesia (BI), jumlah kunjungan wisatawan asing mencapai 3,17 juta turis pada kuartal II 2018, naik 6,5 persen dari kuartal I 2018. Uniknya, turis asing mayoritas masih memilih Bali, Jakarta dan Batam sebagai tujuan utama.
"Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah, yaitu Bali, Jakarta dan Batam," tulis Laporan NPI Realisasi Kuartal II 2018 yang dikutip kumparan, Rabu (15/8).
Meski ada peningkatan total kunjungan, kontribusi terhadap devisa pada kuartal II lebih rendah daripada penerimaan kuartal I. Penerimaan jasa perjalanan dari turis asing tercatat USD 3,1 miliar atau setara Rp 45,26 triliun (USD 1 = Rp 14.600) pada kuartal II dan senilai USD 3,5 miliar pada kuartal I atau senilai Rp 51,1 triliun.
ADVERTISEMENT
Masih minimnya jumlah kunjungan wisatawan asing 10 destinasi pariwisata "Bali Baru" seperti Borobudur, Danau Toba, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo, Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Morotai dan Tanjung Lesung dibenarkan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti menyebut Bali, Jakarta dan Batam masih menjadi primadona karena 90 persen pintu masuk (entry point) turis asing ke Indonesia datang dari 3 lokasi yakni Jakarta, Bali dan Kepulauan Riau (Batam).
"Memang 40 persen masuk lewat Bali, Jakarta sebesar 30 persen, dan Kepri Batam menyumbang 20 persen, Itu sudah 90 persen. Wisatawan asing masuk lewat 3 entry point, dan 10 persen lewat 16 pintu masuk lainnya di Indonesia seperti Silangit (pintu masuk Danau Toba), Lombok (pintu masuk Mandalika)," ujar Guntur kepada kumparan.
Pentas budaya Ruwat Rawat Borobudur (Foto:  ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
zoom-in-whitePerbesar
Pentas budaya Ruwat Rawat Borobudur (Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
ADVERTISEMENT
Guntur menyebut perkembangan 10 destinasi prioritas belum bisa dirasakan dalam waktu pendek. Manfaat pengembangan baru terasa dalam beberapa tahun ke depan.
"Hasilnya belum bisa dilihat secara cepat, baru bisa kelihatan di 2019, dan 2020 harus ada progres," ujarnya.
Meski belum signifikan, namun kunjungan turis asing ke beberapa destinasi "Bali Baru" menunjukkan tren positif, khususnya ke area Borbudur, Danau Toba, Labuan Bajo (Pulau Komodo), dan Mandalika.
Hal ini dikarenakan 4 dari 10 destinasi "Bali Baru" sudah memiliki fasilitas dan layanan pendukung untuk industri pariwisata seperti attraction, accessibility, dan amenity. Lanjut Guntur, seluruh "Bali Baru" telah memiliki keunggulan dalam attraction, baik pertujukan budaya, event hingga bentangan keindahan alam. Tantangannya ada di dua hal, accessibility dan amenity.
ADVERTISEMENT
"Amenity seperti hotel, restoran fasilitas komersial, sport, MICE. Kemudian kawasan hotel ada lapangan golf, ada rumah sakit, turis centre. Kalau accessibility, seperti dari atau menuju tempat menggunakan berbagai moda transportasi. Bagaimana kalau dikunjungi akses darat, laut dan udara. Akses harus lengkap," tuturnya.
Ke depan setelah berkembang, destinasi baru ini juga bisa menarik wisatawan lokal yang mengalami peningkatan kunjungan ke luar negeri. Menurut data BI, kunjungan Warga Negara Indonesia (WNI) ke obyek wisata di luar negeri mencapai 2,4 juta orang pada triwulan II, tumbuh dari periode sebelumnya yang sebesar 2,34 juta orang.
"Inbound (turis asing) yang masuk dan outbound (WNI) yang ke luar. Kita bersyukur inbound lebih banyak daripada outbound. Makanya pemerintah punya strategi destinasi baru agar inbound (wisatawan di dalam negeri, baik lokal dan asing) lebih lebih banyak," tuturnya,
ADVERTISEMENT