BI Berharap Perang Dagang AS-China Tak Menekan Rupiah

18 September 2018 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perang dagang yang dikobarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus berlanjut. AS akan mengenakan bea impor 10 persen terhadap berbagai produk China senilai USD 200 miliar mulai 24 September 2018. Tidak hanya itu, tarif impor tersebut akan naik menjadi 25 persen pada akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Memanasnya perang dagang di antara dua negara ini membuat kondisi pasar dunia turut bergejolak. Meski demikian, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo berharap dampak perang dagang tak akan menekan nilai tukar rupiah.
“Mudah-mudahan tekanan tidak begitu besar. Karena itu yang kita lihat salah satu risiko, yang kita lihat sebagai risiko eksternal dan mengenai ke currency di regional. Kita tidak melihat itu ada perbedaan dengan yang lalu. Yang penting BI dan pemerintah jaga stabilitas,” kata Dody di Hotel Ritz Carlton, Jakara, Selasa (18/9).
Menurutnya, pelemahan rupiah yang sempat terjadi pagi tadi juga tidak lain adalah imbas dari memanasnya perang dagang. Meski demikian, Dody menegaskan hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia namun di semua negara perkembang.
ADVERTISEMENT
“Ya itu yang paling tepat, tarif. Risiko antara AS dan China cukup serius pengaruhi emerging country all currencies,” ujarnya.
Lebih lanjut Dody pun mengatakan bahwa BI akan terus menjaga stabilitas rupiah dan melakukan intervensi terukur. Sementara untuk risiko yang berasal dari regional seperti defisit perdagangan akan diahas lebih lanjut dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pekan depan.
“Kita akan lihat di RDG minggu depan jadi semua risiko dilihat di eksternal dan domestik tidak ada yang baru dengan proses yang dilakukan di bulan-bulan sebelumnya,” tandasnya.