BI dan Pemerintah Sebut Pelemahan Rupiah Dipicu Penahanan Bos Huawei

7 Desember 2018 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih belum menunjukkan tren penguatan pada penghujung pekan ini. Dari data nilai tukar di Reuters pada siang ini pukul 13.00 WIB, nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.460, mulai menguat dari pembukaan tadi pagi di level Rp 14.515. Pemerintah dan Bank Sentral kompak terkait pemicu pelemahan rupiah pada pekan ini.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan melemahnya rupiah tersebut tak lain disebabkan oleh kondisi global.
"Penyebabnya global. Faktor yang penting pada waktu penguatan atau pelemahan kurs, ada harapan bahwa perang dagang AS-China mereda. Tapi kemudian perang dagang belum mereda," katanya di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/12).
Mirza menyebut, sinyal positif adanya perdamaian antara AS dan China setelah pertemuan G20 ternyata belum berlanjut mulus.
"Pada saat itu ada harapan bahwa perang dagang AS dan China itu mereda pada pertemuan G20, tapi kemudian ternyata perang dagang AS dan China ini belum mereda," ujarnya.
Direktur Eksekutif Dewan raksasa teknologi Cina Huawei, Meng Wanzhou menghadiri sesi Forum Investasi Modal VTB "Rusia Calling!". (Foto: REUTERS / Alexander Bibik)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Eksekutif Dewan raksasa teknologi Cina Huawei, Meng Wanzhou menghadiri sesi Forum Investasi Modal VTB "Rusia Calling!". (Foto: REUTERS / Alexander Bibik)
Salah satu indikasi perdamaian belum dicapai, kata Mirza, adanya kabar penangkapan Direktur Keuangan Huawei di Kanada yang menambah interpretasi negatif pasar terhadap efek perang dagang.
ADVERTISEMENT
"Perang dagang dikhawatirkan pasar memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Dikhawatirkan ada respons Bank Sentral China dan melakukan depresiasi kurs Yuan," terangnya.
Lebih lanjut, katanya, kecemasan global itu bisa berimbas pula ke reaksi pasar saham yang juga tidak stabil, termasuk negara Indonesia.
"Pasar saham bereaksi, jadi kita lihat beberapa hari terakhir terjadi penjualan saham global terjadi penjualan saham di AS kemudian itu menular di negara-negara emerging market termasuk Indonesia," ucap dia.
Di sisi lain, Mirza menuturkan, masalah Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD) juga masih jadi kendala bagi Indonesia dalam mendongkrak penguatan rupiah kembali.
"Kita jangan terlena dengan adanya penguatan kurs minggu kedua, karena harus selesaikan CAD kita," kata dia.
Darmin Tuding Penangkapan Bos Huawei Penyebabnya
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah dibandingkan awal bulan ini disebabkan sentimen ditangkapnya Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou di Kanada. Hal ini memberikan pukulan bagi pasar di negara berkembang.
"Ya memang dunia ini aneh sekali, ada CFO-nya Huawei ditangkap, malah goyang dunia, ini aneh-aneh saja," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (7/12).
Darmin Nasution di acara penghargaan penyaluran KUR (Foto: Dok: Humas Kemenko Perekonomian)
zoom-in-whitePerbesar
Darmin Nasution di acara penghargaan penyaluran KUR (Foto: Dok: Humas Kemenko Perekonomian)
Meski demikian, mantan Gubernur Bank Indonesia itu melihat masih ada potensi rupiah untuk kembali menguat hingga akhir tahun ini. Sebab, kondisi rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalue).
Menurut dia, untuk mendorong rupiah kembali menguat diperlukan kepercayaan diri dari market serta kebijakan yang mendorong mata uang tersebut kembali perkasa. Di antaranya kebijakan mendorong vokasi, mendorong ekspor, serta memelihara iklim investasi.
ADVERTISEMENT
"Yang penting kita pelihara confident dari market, bikin kebijakan untuk vokasi, kemudian untuk ekspor, nanti ekspor apa, pelan-pelan lah satu-satu kita pelihara iklim dan confident-nya. Nanti lama-lama menguat," tambahnya.
Dilansir Reuters, AS meminta Kanada untuk melakukan penangkapan terhadap Meng, terkait dengan penyelidikan dugaan pelanggaran sanksi perdagangan AS. Tapi hingga kini, Kementerian luar negeri China mengaku belum menerima penjelasan resmi dari AS maupun Kanada.