BI: Gejolak Rupiah Bisa Turun di Bawah 10 Persen Tahun Ini

23 Maret 2019 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) meyakini gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menurun hingga akhir tahun ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral AS atau Federal Reserve yang akan mempertahankan bunga acuan di level 2,25-2,5 persen di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, instrumen yang dimiliki BI untuk memperkuat nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya juga semakin lengkap. Terlebih, bank sentral yang masuk ke instrumen domestic non delivery forward (DNDF) juga dapat memperkuat rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, volatilitas atau gejolak nilai tukar rupiah akan turun menjadi di bawah 10 persen di tahun ini. Sementara di 2018, volatiltas rupiah hingga 10,65 persen.
"Kalau optimistis sih kami bisa di bawah 10 persen, kalau kita bisa, kalau faktor globalnya cukup kondusif," ujar Nanang di Hotel JW Marriott Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Nanang pun menegaskan, bank sentral akan terus memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat. Adapun level rupiah terhadap dolar AS saat ini dinilai masih di bawah nilai fundamentalnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah pada Jumat (22/3) berada di level Rp 14.157 per dolar AS, melemah dibandingkan sebelumnya yang ada di level Rp 14.102 per dolar AS.
"BI tentunya akan membiarkan sesuai mekanisme pasar rupiah bisa menguat, karena sebagaimana disebutkan berkali-kali rupiah masih undervalue. Jadi BI akan memberikan ruang kalau rupiah menguat akan dibiarkan menguat," jelasnya.
Nanang melanjutkan, di tahun ini kondisi pasar juga akan semakin likuid. Hal ini tentunya dapat mendorong penguatan rupiah.
Dia mencontohkan, ketika rupiah melemah, saat ini eksportir akan langsung muncul untuk menjual valasnya. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Begitu kurs melemah Rp 14.300, tanpa diintervensi pasar mengoreksi sendiri, banyak yang mensuplai, tidak seperti tahun 2018. Pasarnya semakin berimbang," tambahnya.
ADVERTISEMENT