BI-Jepang Sepakati Pertukaran Kurs, Bisa Jadi Penguat Rupiah

4 Mei 2018 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. (Foto: Reuters/Iqro Rinaldi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. (Foto: Reuters/Iqro Rinaldi)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memperkuat amandemen dengan Kementerian Keuangan Jepang untuk menambah likuiditas. Hal ini berupa pertukaran mata uang (swap) antarkedua negara atau Bilateral Swap Arrangement (BSA).
ADVERTISEMENT
Kerja sama BSA ini juga untuk mendukung upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan di kawasan, serta melengkapi jaring pengaman keuangan yang telah ada, baik di tingkat regional maupun global.
Kepala Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi mengatakan, rencana amandemen ini akan memberikan tambahan fleksibilitas bagi bank sentral ketika membutuhkan tambahan cadangan devisa (cadev). Selama ini, cadev merupakan aset eksternal yang tersedia di bawah kontrol BI. Cadev juga bisa digunakan sebagai 'amunisi' bank sentral dalam mengintervensi kurs rupiah jika mengalami depresiasi.
Adapun total nilai kerja sama BSA Jepang ini sebesar USD 22,76 miliar atau sekitar Rp 316,4 triliun (kurs Rp 13.900).
"Intinya rencana amandemen ini untuk memberikan semacam tambahan fleksibilitas. Bisa suatu fasilitas yang diberikan Jepang jika BI membutuhkan tambahan cadangan devisa, bisa kami pakai fasilitas ini," ujar Doddy di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Jumat (4/5).
ADVERTISEMENT
Pada amandemen sebelumnya tanggal 12 Desember 2016, BSA ini hanya digunakan dalam bentuk mata uang dolar AS. Namun pada rencana amandemen yang baru nanti, penarikan bisa dalam bentuk yen Jepang.
Mata uang Yen (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Mata uang Yen (Foto: Wikimedia Commons)
Doddy pun menegaskan, pihaknya tak memberikan batasan berapa persen yang dapat ditarik melalui dolar AS atau pun yen Jepang.
"Yang membuat dia berbeda, bisa kami tarik kalau sebelumnya dalam dolar AS, sekarang bisa yen Jepang. Enggak ada batasan berapa persen dia pakai dolar AS atau yen. Ada tambahan fleksibilitas kalau ke depan amandemen sudah diterbitkan," jelasnya.
Doddy menegaskan, BSA yang telah dilakukan dengan Jepang sejak 17 Februari 2003 ini belum pernah digunakan BI sebagai tambahan cadev. Sebab hingga saat ini bank sentral masih yakin bahwa cadev masih sangat mencukupi untuk menstabilkan rupiah.
ADVERTISEMENT
Hingga akhir Maret 2018, cadangan devisa mencapai USD 126 miliar. Ini masih mencukupi untuk pembiayaan 7,7-7,9 bulan impor.
"Tidak pernah kami gunakan. Ini sifatnya berjaga-jaga. Sejauh ini tidak ada tekanan, sejauh ini kami bisa handle dengan cadangan devisa yang ada," kata dia.
Adapun amandemen BSA tersebut rencananya akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Belum ada tanggalnya berapa, tapi dalam waktu dekat. Tahun ini," tambahnya.