Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
BI: Kenaikan Suku Bunga Bisa Ngerem Defisit Neraca Dagang RI
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, laju impor juga belum dapat ditekan secara maksimal. Namun, tingginya impor bagi suatu negara yang sedang berkembang menandakan adanya pertumbuhan ekonomi.
Apalagi, laju impor nonmigas saat ini paling banyak di bahan baku, yang naik 22,59 persen pada Oktober 2018, disusul oleh impor barang modal yang naik 15,57 persen.
Pada akhir Oktober 2018, defisit neraca dagang Indonesia mencapai USD 1,82 miliar, melebar dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini lantaran laju ekspor yang hanya USD 15,8 miliar, lebih rendah dari laju impor yang mencapai USD 17,63 miliar.
"Kita harus jujur melihatnya, apa ada yang salah seperti ini? Trade balance USD 1,8 miliar tanpa melakukan kalibrasi apa-apa penyebabnya, tidak baik bagi perekonomian. Tapi bagi ekonomi yang tumbuh, impor besar ini adalah suatu konsekuensi," ujar Dody dalam pemaparannya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (17/11).
ADVERTISEMENT
Namun demikian, dengan kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan ke level 6 persen saat ini akan mempengaruhi neraca dagang. Dody bilang, dengan kenaikan suku bunga maka defisit neraca dagang dapat ditekan.
Dengan suku bunga yang naik, maka laju investasi akan menurun. Hal ini lantaran investasi yang memiliki risiko lebih tinggi, seperti saham, akan lebih berkurang dan investor akan memilih investasi jangka panjang seperti deposito. Akibatnya, laju impor juga diharapkan akan berkurang.
"Gambaran ke depan, suku bunga meningkat, akan berpengaruh ke investasi dan impor. Trade balance akan berkurang, seiring dengan investasi yang berkurang," jelasnya.