Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
BI Nilai Situasi Global Tahun Ini Lebih Jinak
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Defisit ekspor impor barang dan jasa juga merupakan defisit valuta asing , harus kita kendalikan karena berpengaruh pada stabilitas kurs. Tapi situasi global lebih jinak, mudah-mudahan ruang bagi perbankan tahun ini juga lebih baik,” ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu (27/2).
The Fed diprediksi tidak lagi seagresif tahun lalu dalam menaikkan suku bunga acuan. Pun diskusi soal perang dagang antara China dan AS dinilai mulai menemukan titik terang.
“Ini insyaallah akan membuat stabilitas di Indonesia secara moneter, kita mulai lihat capital infow (modal asing) mulai masuk lagi,” kata Mirza.
Mirza menjelaskan sejatinya tekanan global pada perekonomian Indonesia dimulai sejak 2013. Saat itu The Fed sudah mulai ancang-ancang untuk melakukan normalisasi suku bunga. Meski demikian eksekusi secara masif baru dijalankan pada 2018, The Fed menaikkan suku bunga dari 0,25 persen menjadi 2,5 persen.
ADVERTISEMENT
Hal ini menurut Mirza membuat kondisi emerging market termasuk Indonesia menjadi cukup menantang. Bahkan terjadi capital outflow selama tahun lalu. Meski demikian Mirza menilai, saat ini pergerakan The Fed mulai jinak. Walaupun beberapa pihak memprediksi The Fed masih menaikkan suku bunga satu kali lagi. Namun, Mirza optimistis kondisi ini akan jauh lebih baik ketimbang 2018.
Harapannya dengan ekonomi yang lebih stabil maka upaya pemerintah untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi pun bisa tercapai. Meski demikian, Mirza mengklaim, BI tetap akan menjalankan fungsinya secara hati-hati terlebih untuk mengendalikan aliran ekspor impor barang dan jasa. Sebab ada peran valuta asing dalam kegiatan tersebut.
“Ini akan membawa stabilitas, dan membawa kepada menyetir ekomomi moneter lebih mudah dibandingkan 2013 hingga 2018,” ujarnya.
ADVERTISEMENT