BI Pastikan Devaluasi Yuan Tak Akan Pukul Ekspor Indonesia ke China

12 Agustus 2019 10:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memandang devaluasi yuan terhadap dolar AS beberapa waktu lalu tak akan mempengaruhi perdagangan Indonesia. Permintaan barang ekspor ke China juga diprediksi akan tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Pada pekan lalu, nilai yuan terhadap dolar AS berada di level terendahnya. AS menduga, China sengaja melakukan pelemahan yuan untuk memitigasi dampak dari pengenaan tarif AS dan membuat ekspor China semakin kompetitif di pasar internasional.
"Kalau kita lihat perdagangan kita dengan China memang tak terlalu berpengaruh dari sisi yuan, karena posisi kita bukan ditentukan dari sisi nilai tukar. Jadi ekspor impor kita, terutama ekspor kita memang tidak begitu (berdampak), tidak begitu terkait dengan devaluasi mata uang yuan," ujar Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Senin (12/8).
Dody melanjutkan, perdagangan Indonesia dengan China lebih berdampak jika Negeri Tirai Bambu tersebut mengurangi volume permintaannya. Sehingga bisa menekan ekspor Indonesia ke China.
ADVERTISEMENT
"Tapi permintaan dan kuantitasnya," katanya.
Ilustrasi Mata Uang Yuan Foto: REUTERS/Petar Kujundzic
Neraca perdagangan Indonesia selama Juni mencatatkan surplus USD 200 juta. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang catatkan surplus USD 220 juta.
Namun jika diakumulasikan sejak Januari hingga Juni 2019, neraca dagang Indonesia masih mencatatkan defisit USD 1,93 miliar. Angka ini bahkan melebar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan defisit USD 1,2 miliar.
Jika dirinci menurut negaranya, defisit perdagangan dengan China selama Januari-Juni 2019 mencapai USD 9,2 miliar. Angka ini juga melebar dibandingkan periode yang sama tahun lalu defisit USD 8,2 miliar. Artinya, barang-barang impor asal China lebih banyak masuk ke Indonesia dibandingkan dengan produk ekspor Indonesia yang masuk ke China.
ADVERTISEMENT
Defisit perdagangan dengan China tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lainnya, seperti dengan Thailand yang defisit USD 1,9 miliar dan Australia yang defisit USD 1,3 miliar selama enam bulan pertama tahun ini.