BI: Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Tahun 2013-2015

8 Mei 2018 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityaswara. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityaswara. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) mengklaim volatilitas nilai tukar rupiah pada tahun ini jauh lebih terkendali dibandingkan periode 2013 maupun 2015. Bank sentral menyatakan pelemahan rupiah saat ini hanya sementara.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini menyentuh Rp 14.036, atau melemah 0,4%. Sementara pada 2013-2015 rata-rata pelemahan rupiah mencapai 16%.
"Saat ini sedang terjadi kenaikan suku bunga AS, dan tentu akan membuat pergerakan modal di dunia. Tapi menurut BI, pergerakan modal di dunia volatilitasnya tidak seperti 2013 maupun di 2015," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).
Dia mengungkapkan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan. Mata uang negara-negara berkembang seperti Filipina, India, Turki, bahkan mata uang negara maju seperti Swedia dan Norwegia juga mengalami pelemahan.
Menurut dia, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang saat ini masih dialami Indonesia menjadi salah satu alasan nilai tukar rupiah cukup rentan. Namun, Mirza menjelaskan, CAD pada tahun ini masih terkendali di bawah 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
"Tidak usah khawatir, karena defisit kita dalam posisi prudent 2,2% - 2,3%," jelasnya.
Mirza juga menegaskan bahwa bank sentral tak akan segan menaikkan suku bunga acuan (BI 7 day Reverse Repo Rate) jika data-data ekonomi makro mendukung, seperti data inflasi, ekspor impor, neraca pembayaran, arus modal di dunia, dan arah kebijakan AS.
"Suku bunga negara tetangga Malaysia sudah naik, Korea naik, Aussie naik. Nanti kami asess, kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kami harus melakukan adjusment," tambahnya.