BI: Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Tahun 2013-2015
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
"Saat ini sedang terjadi kenaikan suku bunga AS, dan tentu akan membuat pergerakan modal di dunia. Tapi menurut BI, pergerakan modal di dunia volatilitasnya tidak seperti 2013 maupun di 2015," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).
Dia mengungkapkan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan. Mata uang negara-negara berkembang seperti Filipina, India, Turki, bahkan mata uang negara maju seperti Swedia dan Norwegia juga mengalami pelemahan.
Menurut dia, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang saat ini masih dialami Indonesia menjadi salah satu alasan nilai tukar rupiah cukup rentan. Namun, Mirza menjelaskan, CAD pada tahun ini masih terkendali di bawah 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
"Tidak usah khawatir, karena defisit kita dalam posisi prudent 2,2% - 2,3%," jelasnya.
Mirza juga menegaskan bahwa bank sentral tak akan segan menaikkan suku bunga acuan (BI 7 day Reverse Repo Rate) jika data-data ekonomi makro mendukung, seperti data inflasi, ekspor impor, neraca pembayaran, arus modal di dunia, dan arah kebijakan AS.
"Suku bunga negara tetangga Malaysia sudah naik, Korea naik, Aussie naik. Nanti kami asess, kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kami harus melakukan adjusment," tambahnya.