BI Prediksi Neraca Perdagangan RI Juni 2018 Surplus Rp 12,9 Triliun

9 Juli 2018 10:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan Indonesia sejak awal tahun ini hanya pada Maret dan kuartal I yang tercatat mengalami surplus, selebihnya mengalami defisit. Namun demikian, selama bulan Juni lalu neraca dagang diproyeksi akan mengalami surplus.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pada Juni 2018 neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan surplus USD 900 juta atau sekitar Rp 12,96 triliun (kurs Rp 14.400/USD). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan neraca dagang selama Mei 2018 yang defisit USD 1,52 miliar, namun surplus di bulan lalu tersebut melambat jika dibandingkan dengan Juni 2017 yang surplus USD 1,63 miliar.
"Saya kira neraca perdagangan akan surplus, sudah saya sampaikan dari BI kurang lebih USD 900 juta surplus dari neraca perdagangan," ujar Perry di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (9/7).
Dia mengatakan, surplus tersebut lantaran laju impor selama bulan lalu mulai mereda. Sebab barang-barang impor seperti alat-alat strategis mulai masuk sebelum Lebaran, sekitar bulan April dan Mei. Di satu sisi, ekspor juga sudah mulai meningkat.
ADVERTISEMENT
"Iya keduanya. Karena pasa masa Lebaran kemarin enggak terbatas, kan karena lamanya hari juga," jelasnya.
Dia pun memastikan, selama kuartal II 2018 memang neraca dagang akan melambat dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut juga berdampak pada defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang diprediksi melebar dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya.
"Secara keseluruhan tidak usah khawatir, bahwa kalau triwulan II secara musiman hanya memang secara keseluruhan neraca transaksi berjalan defisit, memang agak lebih tinggi dari triwulan I itu secara musim seperti itu," kata dia.
"Namun secara tahunan kami perkirakan di triwulan III dan IV akan menurun, sehingga secara keseluruhan masih lebih rendah dari 2,5% per PDB," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan selama Mei 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,52 miliar atau sekitar Rp 21,4 triliun, mengecil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD 1,63 miliar. Defisit ini disebabkan laju impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor.
ADVERTISEMENT
Laju ekspor, selama bulan lalu mencapai USD 16,12 miliar atau mengalami kenaikan 10,9% secara bulanan (mtm) maupun naik 12,47% secara tahunan (yoy). Adapun laju impor selama Mei 2018 sebesar USD 17,64 miliar atau nailk 9,17% (mtm) dan naik 28,12% (yoy).