BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,2 Persen di 2019

2 Januari 2019 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Silaturahmi awal tahun baru 2019  BI dan OJK di Gedug Bank Indonesia,Jakarta Pusat. (Foto: Abdul Latif/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Silaturahmi awal tahun baru 2019 BI dan OJK di Gedug Bank Indonesia,Jakarta Pusat. (Foto: Abdul Latif/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2 persen selama 2019. Angka ini sedikit lebih tinggi dari prediksi tahun lalu yang sebesar 5,1 persen.
ADVERTISEMENT
Namun proyeksi bank sentral tersebut lebih rendah dibandingkan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.
"Kami menegaskan, kalau pertumbuhan ekonomi 2019 ini kami perkirakan 5-5,4 persen, kalau titik tengahnya itu 5,2 persen. Secara keseluruhan lebih tinggi atau lebih baik dari perkiraan 2018 yang sebesar 5,1 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta, Rabu (2/1).
Sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari domestik, seperti konsumsi rumah tangga, diproyeksi akan menyentuh 5,2 persen. Perry bilang, hal ini karena adanya Pemilu yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan belanja atau konsumsi. Tak hanya itu, dampak dari Pemilu juga dapat mendorong investasi tumbuh di kisaran 7 persen.
ADVERTISEMENT
"Konsumsi masih bisa mencapai 5,2 persen, termasuk dari dampak Pemilu, investasi bisa tumbuh 7 persen," katanya.
Namun bank sentral menilai masih ada sejumlah persoalan pada pertumbuhan ekonomi, seperti net external demand atau permintaan eksternal yang masih negatif alias impor yang masih tinggi.
Gubernur BI, Perry Warjiyo (tengah) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Perry Warjiyo (tengah) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Permasalahannya adalah net external demand atau ekspor dikurangi impornya yang masih negatif di 2019 ya," kata Pery.
Selain itu, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) juga masih menjadi tantangan di tahun Babi Tanah ini. Namun Perry menilai, CAD di tahun ini akan lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
"CAD kami perkirakan akan lebih rendah dari 2018, di 2018 secara keseluruhan 3 persen perkiraan kami, sekitar 3 persen terhadap PDB (produk domestik bruto). Di 2019 kami perkirakan 2,5 persen dari PDB," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya CAD yang lebih kecil, neraca pembayaran juga diperkirakan mengalami surplus yang lebih besar selama 2019. Menurut Perry, surplus ini karena aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air juga akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
"Bukan hanya CAD yang lebih rendah, tapi neraca pembayaran juga akan lebih mengalami surplus," tambahnya.