news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BI: Rupiah Melemah Bukan Disebabkan Rilis Neraca Pembayaran

11 Februari 2019 12:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rupiah melemah terhadap dolar. Foto: Antara/Hafiz Mubarak
zoom-in-whitePerbesar
Rupiah melemah terhadap dolar. Foto: Antara/Hafiz Mubarak
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini kembali melemah. Berdasarkan data perdagangan Reuters siang ini, rupiah mencapai level Rp 14.015 per dolar AS, melemah dibandingkan pembukaan pagi tadi Rp 13.960 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah, mengklaim tak ada faktor domestik yang mempengaruhi pelemahan rupiah, termasuk rilis soal neraca pembayaran (NPI) selama 2018.
Adapun neraca pembayaran selama 2018 tercatat defisit USD 7,1 miliar dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang membengkak menjadi 2,98 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Tak ada faktor domestik yang mengkhawatirkan pasar," ujar Nanang kepada kumparan, Senin (11/2).
Menurut dia, pelemahan rupiah hari ini lebih disebabkan risiko faktor global seperti perlambatan ekonomi global dan kekhawatiran perang dagang. Mengingat Trump baru akan menemui Xi Jinping hingga 1 Maret mendatang.
"Lebih karena risk off dan flight to quality yang mewarnai pasar keuangan global, terutama kekhawatiran terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi global setelah rilis data Industrial Production Italia dan Perancis periode Desember 2018," katanya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah, Kamis (27/9/2018). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Akibat risiko-risiko tersebut, indeks saham global melemah dan imbal hasil (yield) obligasi negara utama turun.
"Risk off di pasar keuangan global membuat indeks saham global melemah dan terjadi aksi flight to quality sehingga membuat yield sovereign bond negara utama mengalami penurunan," jelasnya.
Menurut Nanang, pasar juga mengkhawatirkan kegagalan pembicaraan mengenai perdagangan antara AS-China, sehingga membuat mata uang negara berkembang turut melemah.
"Kekhawatiran pasar terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa dan kegagalan trade talk antara AS dgn China juga membuat USD berlanjut, menguat terhadap G10 currencies, sebagian emerging currencies," tambahnya.