BI: Rupiah Nyaris Rp 14.000 Masih Terkendali

4 Mei 2018 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini diyakini masih terkendali, meskipun nyaris menembus level Rp 14.000. Bank Indonesia (BI) pun menegaskan akan selalu berada di pasar valas maupun Surat Berharga Negara (SBN) untuk menstabilkan rupiah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkam catatan Bank Indonesia (BI), kurs rupiah terhadap dolar AS hari ini berada di level Rp 13.943, melemah 0,03% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya yang ada di level Rp 13.939. Bahkan pelemahan rupiah ini sebesar 0,22% dari awal bulan (month to date/mtd), masih lebih baik dibandingkan negara lain yang rata-rata melemah 2-3% (mtd).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan upaya untuk menjaga stabilisasi nilai tukar. Dia pun memastikan saat ini kurs rupiah terkendali.
"Dan sampai sejauh ini saya katakan semuanya serba terkendali. Jangan ada yang panik, jangan ada yang membangun pesimisme, semuanya kita masih stabil," ujar Nanang di Gedung BI, Jakarta, Jumat (4/5).
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia bincang-bincang dengan media. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bank Indonesia bincang-bincang dengan media. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Dia tak menampik, dinamika yang terjadi di perekonomian global saat ini tetap harus diwaspadai. Gejolak yang terjadi ini akibat penguatan ekonomi AS, yang melemahkan ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Nanang mencontohkan, imbal hasil atau yield obligasi AS sempat mencapai 3%, laju inflasi AS yang mulai meningkat mendekati target 2%, serta konsumsi rumah tangga AS yang mulai menguat ini membuat dolar AS semakin perkasa.
Namun demikian, gejolak yang terjadi akibat penguatan ekonomi AS tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia dan negara berkembang (emerging market) lainnya. Negara maju seperti Eropa, Inggris dan Jerman saat ini perekonomiannya juga turut terkontraksi.
"Jadi masih belum pulih secara kuat. Sehingga ini yang membuat USD mengalami penguatan secara global, secara broadbased. Bukan hanya berdampak terhadap mata uang emerging market, tapi juga negara maju," tambahnya.
ADVERTISEMENT