BI Soal Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS: Sudah Seusai Fundamentalnya

6 November 2018 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) meyakini stabilitas ekonomi domestik tetap terjaga di tengah tantangan dan kondisi global. Tahun depan kondisi perekonomian juga dinilai akan relatif stabil meskipun suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate akan kembali naik pada Desember ini dan dua hingga tiga kali di 2019.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan salah satu indikator pendorong stabilitas ekonomi bisa dilihat pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini mulai stabil atau sesuai nilai fundamentalnya. Selain itu, sisi permintaan domestik juga masih cukup tinggi untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Reuters pagi ini, dolar AS berada di level Rp 14.834. Angka ini menguat jika dibandingkan pembukaan tadi pagi Rp 14.975 per dolar AS.
"Kinerja rupiah masih sesuai fundamental. Angka PDB domestik demand masih cukup kuat. Ini jadikan kita optimistis di 2019," kata Dody dalam diskusi di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (6/11).
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Namun Dody tak memungkiri, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih menjadi salah satu persoalan domestik yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Di domestik sendiri kita punya masalah inflasi, fuel subsidi, serta risiko CAD. Dengan risiko itu sampai 2018 kita masih akan relatif stabilititas cukup baik," katanya.
Selain itu, masalah likuiditas di sistem keuangan serta neraca korporasi juga masih menjadi tantangan di tahun mendatang. Begitu juga mulai tingginya suku bunga di berbagai negara yang bisa membuat rupiah kembali melemah.
"Masalah likuiditas di sistem keuangan, neraca korporasi, inflasi, tahun depan risiko PDB akan terkontraksi dengan gambaran bahwa suku bunga tinggi nilai tukar rupiah melemah, tapi BI akan terus jaga stabilitas rupiah," tambahnya.