BI: Surat Berharga Komersial Jadi Solusi Pembiayaan Jangka Pendek

17 Mei 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) menilai instrumen Surat Berharga Komersial (SBK) dapat menjadi solusi pembiayaan jangka pendek bagi perbankan atau perusahaan. Sementara bagi investor, SBK dinilai menguntungkan karena memiliki imbal hasil yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
SBK adalah sekuritas dalam pasar uang yang diterbitkan oleh bank berkapitalisasi besar serta perusahaan. Biasanya instrumen ini tidak digunakan sebagai investasi jangka panjang, melainkan hanya sebagai pembelian inventaris atau untuk pengelolaan modal kerja.
SBK diatur dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) BI Nomor 20/1/PADG/2018 tentang Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang.
Sasaran investor penerbitan SBK tersebut adalah investor profesional yang memenuhi persyaratan BI. Salah satunya, mampu memenuhi syarat minimum pembelian SBK sebesar Rp 500 juta.
"Di sini harapan kita pembiayaan nonbank harusnya semakin umum bisa melalui pasar modal obligasi, yang penting di pasar uang. SBK salah satu solusi pembiayaan jangka pendek. Bagi investor, pendanaan ini jadi salah satu pilihan dapat return lebih baik," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung Bank Indonesia Thamrin, Jakarta, Jumat (17/5).
BI sosialisasi Surat Berharga Komersil Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Semakin banyak alternatif pembiayaan di pasar keuangan, membuat volatilitas terjaga. Sebab investor, termasuk investor asing, dapat menentukan banyak pilihan untuk menaruh dananya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kalau instrumennya minim bisa dikatakan volatilitas gejolak di perbankan, suku bunga dan lain-lain sangat besar. Investor asing akan cepat keluar, kalau tidak ada pilihan instrumen investor akan sulit tempatkan dananya," jelasnya.
Dody melanjutkan, pendanaan di pasar keuangan juga sangat penting bagi bank sentral, utamanya untuk stabilitas sistem keuangan. "Kalau minim, akan semakin sulit bagi BI melihat kebijakan yang masuk ke sektor riil," katanya.
Namun sayangnya, pengembangan SBK di Indonesia ini terbilang cukup tertinggal. Sebab negara lain seperti Korea Selatan saja sudah menggunakan instrumen tersebut sejak lama.
"Negara-negara lain seperti Inggris, Korea, dan lainnya sudah menggunakan itu dan kita bisa dibilang sangat tertinggal kembangkan SBK," tambahnya.