BI Tak Intervensi, Rupiah Menguat Imbas Optimisme Dagang AS-China

4 April 2019 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini menguat. Berdasarkan data perdagangan Reuters, kurs berada di level Rp 14.165 per dolar AS, menguat dibandingkan pembukaan di level Rp 14.170 per dolar AS. Bahkan sebelumnya, dolar AS sempat menguat ke level tertingginya di Rp 14.215.
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah didorong oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap perkembangan perdagangan AS dan China dan meredanya kekhawatiran Brexit.
Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, perkembangan perdagangan antara AS dan China akan mencapai kesepakatan pada pekan ini.
"Penguatan rupiah dipengaruhi risk on dan flight from quality asset di pasar keuangan global dengan merebaknya optimisme pelaku pasar terhadap progress trade talk antara AS dan China, serta meredanya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadi non-deal Brexit," Nanang kepada kumparan, Kamis (4/4).
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut Nanang, penguatan rupiah saat ini didukung oleh mekanisme pasar. Artinya tak ada intervensi yang dilakukan bank sentral, baik dalam valas maupun Surat Berharga Negara (SBN).
ADVERTISEMENT
Namun demikian, BI akan tetap memonitor dan melakukan operasi moneter dengan memasok Domestik Non Delivery Forward (DNDF) ke pasar.
"Penguatan rupiah didukung mekanisme pasar, namun BI tetap memonitor dan melakukan operasi moneter dengan memasok DNDF ke pasar," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, situasi global saat ini mendukung perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Apalagi, kondisi makroekonomi Indonesia dinilai bagus, sehingga mendukung penguatan rupiah.
"Emerging market yang ekonomi makronya bagus ya kondisi pasar keuangannya diuntungkan. Sedangkan kondisi emerging market yang makronya dan politiknya tidak bagus, ya tidak, seperti Turki. Jadi investor yang di emerging market sudah bisa membedakan," tambahnya.