news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BI Targetkan Festival Syariah Indonesia Timur Raup Rp 1,46 Triliun

13 September 2019 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi usai membuka Festival Ekonomi Syariah KTI 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Foto: Dok. Bank Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi usai membuka Festival Ekonomi Syariah KTI 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Foto: Dok. Bank Indonesia
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) menargetkan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Wilayah KTI (Kawasan Timur Indonesia) tahun 2019 bisa meraup potensi kerjasama senilai Rp 1,46 triliun.
ADVERTISEMENT
Rangkaian kegiatan edukasi dan literasi menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-6 itu, dibuka 12-14 September 2019 di Banjarmasin Kalimantan Selatan dan puncaknya akan dilangsungkan di Jakarta pada November mendatang.
"Data terakhir yang disampaikan kepada kami, terdapat potensi kerjasama senilai Rp 1,46 triliun dari business matching dari seluruh KPw (kantor perwakilan wilayah) BI di KTI di FESyar kali ini," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi ketika ditemui di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (13/9).
Jumlah itu, kata Rosmaya, meningkat dibandingkan FESyar KTI tahun sebelumnya, yakni senilai Rp 676 miliar. FESyar kali ini, adalah yang ketiga kalinya, setelah sebelumnya sempat diadakan di Makassar pada 2017 dan Balikpapan pada 2018.
Serangkaian Acara Festival Ekonomi Syariah KTI 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Foto: Dok. Bank Indonesia
"Mudah-mudahan potensi tersebut dapat terwujud dan berkontribusi positif terhadap pengembangan halal value chain nasional," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Dalam FESyar tahun ini, pihak BI gencar mendorong program pemberdayaan usaha beberapa pesantren yang ada di KTI Kalsel dalam pengembangan ekosistem ekonomi syariah. Tujuannya, agar pesantren masuk ke halal value chain hingga menjadi pemasok (supplier) bagi rantai nilai setelahnya.
Adapun langkah Bank Indonesia ialah dengan identifikasi komoditas strategis yang dimiliki oleh pesantren. Setelah identifikasi, pondok pesantren kemudian dapat melakukan fokus pembinaan kepada pengembangan komoditas untuk dipasarkan baik melalui pangsa pasar offline maupun online.
"Pemanfaatan pembayaran melalui berbagai pilihan metode pembayaran online pastinya akan menjadi pilihan dalam pembelian jarak jauh. Penjual tentunya dapat menjaring lebih banyak pembeli walau terbatas jarak antara penjual dan pembeli," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalsel Herawanto menambahkan Kalimantan Selatan memang memiliki potensi yang besar sebagai pengembangan ekonomi syariah. Utamanya, terkait dominasi penduduk muslim yaitu sebesar 3,5 juta jiwa.
"Ini udah 96 persenan dari jumlah penduduk, didukung oleh 283 pesantren yang terbanyak di Kalimantan," kata dia.
Meski begitu, pihaknya menekankan ekonomi syariah yang akan digenjot pihaknya adalah bersifat inklusif alias untuk semua orang termasuk non muslim.
"Ekonomi syariah ini sifatnya inklusif, bukan ekslusif untuk umat Islam saja," tandasnya.