BI Ungkap Penyebab Sulitnya RI Jadi Produsen Fesyen Muslim Global

11 Desember 2018 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banjir diskon pakaian muslim di Pasar Tanah Abang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Banjir diskon pakaian muslim di Pasar Tanah Abang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim belum bisa menjadi pemain utama produk fesyen muslim di dunia. Selama ini, negara produsen produk fesyen muslim global kebanyakan berasal dari negara yang mayoritas penduduknya non-muslim.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi mengatakan, negara seperti Singapura, China, Italia, serta Prancis turut mengeruk pasar fesyen muslim di Indonesia. Negara tersebut masuk ke fesyen muslim melalui merek-merek internasional, seperti Dolce and Gabbana, Michael Kors, Mark and Spencer, hingga H&M.
"Padahal menurut BPS bidang usaha fesyen menyumbang 18,01 persen terhadap produk domestik bruto. Tapi kita tak bisa berpuas diri dan lengah. Kita masih jadi target pasar produk fesyen muslim," kata Rosmaya dalam diskusi di Indonesia Sharia Economic Festival (ISFE) di Grand City Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/12).
Rosmaya mengungkapkan, masih sulitnya Indonesia menjadi produsen produk fesyen muslim lantaran sektor tekstil yang belum bisa seluruhnya mandiri. Produk bahan baku tekstil kebanyakan masih berasal dari impor.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bea dan Cukai September 2018, produk serat masih menyumbang defisit neraca perdagangan sebesar USD 1,32 miliar dan benang menyumbang defisit USD 2,45 miliar.
"Hal itu mengindikasikan bahwa rantai nilai industri tekstil nasional masih belum optimal dari sisi dukungan industri hulu terhadap industri hilir," jelasnya.
Banjir diskon pakaian muslim di Pasar Tanah Abang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Banjir diskon pakaian muslim di Pasar Tanah Abang. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Dia melanjutkan, industri hulu tekstil yang berorientasi ekspor rata-rata hanya 30 persen. Sementara industri hilir belum mampu berorientasi ekspor karena konten impornya mencapai 45 persen.
"Ini adalah gambaran bahwa tantangan ke depan bagi industri fesyen muslim Tanah Air tak akan semakin mudah," kata dia.
Untuk itu, lanjut Rosmaya, Bank Indonesia akan mendukung para produsen tekstil di Indonesia untuk menerapkan strategi penguatan rantai nilai halal atau halal value chain.
ADVERTISEMENT
Artinya, seluruh kegiatan entitas yang terlibat sepanjang rantai pasok dari hulu ke hilir menerapkan konsep yang sesuai syariat Islam, dimulai dari pemilihan pemasok, proses produksi, penyimpanan, sampai dengan distribusi (memisahkan penyimpanan dan pengiriman produk halal agar terhindar dari kontaminasi).
"BI memulainya dari proses pemetaan, identifikasi, serta pengembangan dan pembangunan modal usaha dan bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk halal value chain ini," tambahnya.