news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bisnis Berlabel Syariah: Jalur Dakwah atau Sekadar Strategi Dagang?

26 Juli 2019 14:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bisnis syariah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bisnis syariah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Momen pernikahan Anisa Rahma eks Cherrybelle dengan Anandito Dwis terekam manis dalam foto. Dengan balutan gaun putih syar’i dan hijab menjulur menutupi dada, pasangan itu berpose memegang buku nikah.
ADVERTISEMENT
Anisa pun mengunggah enam foto pernikahan ke Instagram. Tampak watermark Hijaz Pictura di bagian bawah foto. Nama dari vendor foto pernikahan yang memperkenalkan diri sebagai ‘Wedding Photographer & Video | Muslim Wedding’. Vendor foto nikahan Muslim yang bisa dibilang, tengah naik daun dengan 50 ribu lebih pengikut di Instagram.
Membawa nama Muslim dalam labelnya, membuat Hijaz Pictura tak boleh asal menerima klien. Beberapa syarat yang sesuai syariat harus dipenuhi oleh calon klien. Sebut saja, mempelai wanita yang harus berhijab.
Selain itu, Hijaz Pictura juga tidak melayani foto prewedding. Alasannya, keintiman yang terkadang muncul dalam prewedding tidak sesuai syariat.
“Karena kan intinya prewedding itu gimana si pasangan ini punya momen intimate. Nah, sama aja postwedding, cuma diganti waktunya saja,” ujar pendiri Hijaz Pictura Reza Firmansyah kepada kumparan di Mall Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (12/7).
ADVERTISEMENT
Memang, perihal dakwah menjadi salah satu misi vendor yang dibentuk bertepatan dengan aksi 212, 2 Desember 2016 ini. Reza pun mengaku, penggunaan brand berlabel halal atau Muslim tidak bertujuan untuk mendongkrak penjualan.
“Kayak wali songo mengislamkan Indonesia. Kita mencoba mengislamkan wedding Indonesia dengan cara kita, lewat visual,” ucapnya.
Foto Pernikahan Anisa eks Cherrybelle oleh Hijaz Pictura. Foto: Hijaz Pictura.
Idenya, terinspirasi dari pengajian-pengajian yang mereka ikuti bersama ustaz Hanan Attaki. Yakni, berdakwah boleh disesuaikan dengan profesi yang digeluti.
Reza juga menuturkan bahwa sudah ada contoh konkret dari berhasilnya value Hijaz sampai kepada klien. Ia bercerita bahwa sebelumnya, Hijaz Pictura mendapatkan klien yang belum berhijab, namun sang klien menyukai karya Hijaz dan ingin Hijaz hadir sebagai vendor di acara pernikahannya.
Sebagai pemenuhan syarat penerimaan klien, akhirnya mereka memutuskan untuk memilih serta mengikuti SOP Hijaz. Bahkan, klien itu pun tetap berhijab hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Berbicara strategi meraup perhatian pasar, Hijaz Pictura meniru strategi berdagang Nabi Muhammad SAW. Salah satunya, memanfaatkan jaringan orang-orang berpengaruh. Yakni orang-orang terkenal, kaya raya, dan memiliki banyak relasi.
Tak aneh bila Hijaz bersedia untuk mengabadikan pernikahan Muzammil Hasballah, seorang arsitek yang memiliki followers Instagram 2,6 juta dan dikenal dengan suara merdu dan hafalan Qurannya. Klien influencer pertamanya ini, yang kemudian berhasil menaikan pamor Hijaz di industri wedding fotografi, 2017 lalu.
Selain Muzammil Hasballah, etalase foto Hijaz Pictura di Instagram juga dipenuhi dengan foto pasangan selebgram yang berhijrah. Mulai dari Wardah Maulina dan Natta Reza, yang memiliki 2.3 juta followers.
Meski tidak ingin menyebutkan besaran keuntungan dari bisnis syar’i ini, Reza menyebutkan bahwa bisnis syar’i juga menguntungkan. Reza optimistis melihat peluang pasar Hijaz Pictura.
ADVERTISEMENT
Apalagi, merujuk data Reuters 2017, volume industri halal dan keuangan syariah global tahun 2023 diperkirakan tumbuh mencapai USD 6,8 triliun. Bahkan, Indonesia berpeluang menjadi produsen utama bagi industri halal global pada tahun 2024.
Untuk itu, Reza memperkirakan, Muslim wedding photography sama berpotensinya dengan sektor bisnis syariah lain. Salah satu target pasarnya, adalah para pengikut ustaz-ustaz kondang di media sosial. Sebut saja, followers Ustaz Hanan Attaki yang berjumlah 7,4 juta.
“0,01 persen (dari follower ustaz kondang) potensi target marketnya,” katanya.
Ustaz Dengan Followers Terbanyak. Foto: Alya Safira/ kumparan.
Selain di sektor fotografi, konsep bisnis syariah juga dapat ditemukan di sektor fesyen. Salah satu pemainnya adalah Fatih Indonesia. Merek baju Muslim pria modern ini berkantor di Pancoran, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Fahmi Hendrawan, sang CEO memulai bisnisnya karena terinspirasi dari Q.S Al-Araf ayat: 31 yang berbunyi, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid”.
Dia lalu menciptakan dan menjual baju koko yang unik di tengah-tengah persaingan bisnis fesyen Muslim yang mulai marak di Indonesia. Sebuah desain yang memadukan potongan koko modern dengan motif batik Garutan.
“Biar bisa dipakai any occasion, ga cuma dipake di acara ibadah aja, tapi bisa digunakan dalam kegiatan formal dan non formal,” ujar Fahmi.
Hampir sama dengan Hijaz Pictura, Fatih pun membawa label Muslim dalam produk-produknya. Yakni dengan tagline: Men, Muslim, Movement. Dia ingin, laki-laki muslim tidak hanya harus stylish, tapi juga harus memiliki karya, prestasi, dan nilai lewat gerakan sosial.
ADVERTISEMENT
Fahmi punya visi untuk menjadikan Fatih Indonesia sebagai role model mode Muslim pria di dunia pada tahun 2020. Visi ini merujuk pada target pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat Muslim fesyen di tahun tersebut.
Kini, karyanya telah berhasil menyentuh panggung Muslim Fashion Festival, Indonesia Fashion Week, Asia Islamic Fashion Week di Malaysia, hingga Japan Halal Expo.
"Itu, Fatih Seferagic, yang qori Quran itu, juga interesting untuk bawa Fatih Indonesia ke London"
Selain itu, dia mengklaim, sejumlah nama populer juga menjadi pelanggan loyal Fatih Indonesia. Sebut saja, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Adrian Maulana, hingga Dude Herlino.
Fahmi bercerita, penggunaan kata “muslim” di brandnya cukup membantu dalam memasarkan produknya di pasar Muslim Indonesia dan mancanegara. Meski terkesan sangat segmented, dia percaya, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di industri Muslim ini.
ADVERTISEMENT
Selama empat tahun berdiri, Fahmi menyebutkan bahwa omzet penjualan Fatih Indonesia selalu naik. Pemanfaatan sosial media dalam penjualan juga memberikan andil besar bagi Fatih Indonesia. Itu karena, 70% produknya terjual melalui website, Instagram dan WA bisnis.
Ke depannya, Fahmi berniat untuk mendaftarkan Fatih Indonesia sebagai brand halal. Menurut dia, peluang tersebut bisa menjadikan Fatih Indonesia sebagai pioner baju koko halal pertama di Indonesia.
Dalam hal ini, pakaian halal yang bukan hanya sekadar menutup aurat. Tapi juga, pakaian yang tidak terlalu ketat, warna tidak mencolok, serta dibuat dari bahan baku yang halal.
"Kalau belakangnya warna-warni dan dipakai salat, jangan-jangan, nanti orang lain enggak konsen lihat baju kita terus," katanya.
ADVERTISEMENT

Konsumsi Simbol Keagamaan

Greg Fealy dalam jurnalnya yang berjudul Consuming Islam: Commodefied Religion and Aspirational Peiteism in Contemporary (2018) mengklasifikasikan ekonomi Islam terbagi kedalam dua konsep.
Pertama, praktik bisnis menggunakan simbol syariah, namun tetap menggunakan sistem ekonomi kapitalis dalam penerapannya. Kedua, bisnis yang dijalankan tidak menggunakan label syariah namun mereka melakukan pengelolaan syariah.
Pemikiran lain dapat dilihat dalam disertasi Imron Rosyadi yang berjudul Agama dan Bisnis: Studi Komodifikasi Agama dalam Bisnis Perspektif Yuridis dan Sosiologis di Mojokerto (2018). Ia mengemukakan, agama dan bisnis memiliki tiga hubungan interaktif yang berbeda.
Yakni, agama dipisahkan dari segala kegiatan bisnis, agama dipadukan dengan bisnis, dan agama beserta bisnis merupakan entitas yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Pemikiran pertama menilai bahwa agama memiliki ruang lingkup yang sangat terbatas, yakni hanya berhak berkelindan di tempat ibadah. Sedangkan bisnis, merupakan kegiatan profan yang berada di luar tempat ibadah. Oleh karena itu, pemikiran ini menganggap bahwa agama akan dianggap kotor apabila digabungkan dengan kegiatan bisnis.
Sedangkan pemikiran kedua menyinergikan antara agama dengan bisnis. Pemikiran ini berasumsi bahwa ajaran agama dalam kegiatan bisnis merupakan penggerak motivasi, pagar dalam beretika, dan nasehat dalam berstrategi. Pemikiran ini juga secara terbuka meyakini bahwa nilai-nilai keagamaan akan hidup dinamis ketika ia digerakkan melalui bisnis.
Dan pemikiran terakhir menganggap bahwa agama dan bisnis bukanlah sesuatu yang dipertentangkan. Keduanya dapat bersatu, namun juga dapat berpisah.
ADVERTISEMENT
Selain konsep, ekonomi Islam juga erat mengaitkan produk dan jasanya dengan menyertakan simbol keagamaan. Konsumsi simbol keagamaan (consumer ritualized symbolic practices) sering kali dijadikan lahan pencarian keuntungan untuk mendongkrak penjual.
Namun di sisi lain, Grey Fealy menjelaskan, konsumsi simbol keagamaan dalam praktik bisnis juga dikhawatirkan menimbulkan radikalisme dan eksklusivisme pada konsumen. Artinya, konsumen menganggap produk dan jasa tersebut dapat meningkatkan religiulitas mereka dalam beragama. Bahkan, konsumen berpotensi menilai orang yang tidak menggunakan produk atau jasa tersebut tidak Islami.
Ia menambahkan bahwa dampak yang dihasilkan justru lebih luas, ekspresi dalam beragama semakin menyebar. Akibatnya, perilaku dan pemikiran Islam semakin menjalar dan secara internal terbagi ke beberapa bagian dengan kekhasannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Ungkapan Islam melalui budaya populer sekarang jauh lebih umum daripada dua dekade yang lalu dan pendaftaran label Islam dalam wacana publik sekarang diterima begitu saja," tulis Grey Fealey.