Bisnis Es Krim Juga Terpengaruh Pelemahan Daya Beli Masyarakat

19 Desember 2017 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Campina (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Campina (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
Bergesernya pola konsumsi masyarakat dari offline ke online disebut-sebut menjadi salah satu penyebab melemahnya daya beli masyarakat. Bahkan, hal tersebut ditandai dengan makin banyak toko ritel berguguran.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan bisnis es krim Campina?
"Kalau untuk makanan fast food dan consumer good komponen dari online itu tidak sampai 2% ya, jadi itu untuk sektor kami agak kurang tepat, jadi kalau untuk fashion dan ritel agak berpengaruh," kata Direktur Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) Adji Andjono saat ditemui usai pencatatan saham perdana CAMP di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (19/12).
Pencatatan saham perdana PT Campina Ice Cream (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pencatatan saham perdana PT Campina Ice Cream (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Menurut Adji, perusahaan produsen es krim merek hula-hula ini, saat ini masih mencatatkan pertumbuhan positif meskipun melambat. Adji menyebutkan, 3 tahun lalu perusahaan mampu mencatatkan pertumbuhan 15%, akan tetapi dalam kurun 2 tahun terakhir pertumbuhan perusahaan tak lebih dari 5%.
"Nah sekarang kita tetep tumbuh es krim tapi pertumbuhannya tidak seperti 3-4 tahun lalu, jadi ada perlambatan pertumbuhan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Adji mengaku saat ini kemampuan daya beli untuk di kalangan tertentu memang mengalami penurunan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang akhirnya memilih menyimpan uangnya untuk kebutuhan lain.
"Yang kita lihat memang sekarang kemampuan daya beli dari orang tua untuk level tertentu memang agak menurun, karena menahan mungkin untuk pendidikan dan sebagainya," ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit pada 30 Juni 2017, perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp 480 juta dengan laba komprehensif Rp 7,6 miliar. Adapun jumlah aset sebesar Rp 1 triliun dan jumlah ekuitas sebesar Rp 564 juta.