Bisnis Kerajinan Tangan Jadi Tumpuan Perekonomian Papua Barat

28 Juli 2018 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
ADVERTISEMENT
Provinsi Papua Barat memang memiliki berbagai macam keindahan alam seperti pantai, danau dan lembah. Bukan hanya itu saja, produk-produk olahan buatan tangan (handmade) dari masyarakat setempat kerap menambah pesona Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Kumparan berkesempatan mengunjungi pameran yang berada di kawasan kantor Wali Kota Sorong, Papua Barat (28/7). Di sana banyak produk olahan yang memiliki nilai jual hingga jutaan rupiah.
Salah satu perajin dari Sanggar Toroa, Marice Fonataba, mengatakan bahwa produk-produk tersebut menjadi salah satu penopang perekonomian masyarakat setempat. Saat ini semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Papua Barat yang tentu saja ujungnya membeli produk mereka.
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
"Kami jual (wisatawan asing maupun lokal) di kapal untuk oleh-oleh (dari Raja Ampat) ada di lapangan, pokoknya kalau ada pameran produk oleh-oleh," ujarnya kepada kumparan saat ditemui di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat, Sabtu (28/7).
Marice menjelaskan ada puluhan jenis produk handmade yang ditawarkan. Dari tas khas Papua yang biasa disebut noken. Ada juga cincin yang terbuat dari kayu dari pohon tertentu.
ADVERTISEMENT
"Paling murah Rp 20 ribu (per pcs) paling mahal Rp 5 juta (per pcs), seperti patung ukiran Asmat, tas noken terbuat dari kulit kayu genemo," tambahnya.
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Setiap hari ia bekerja bersama 150 orang rekan kerjanya di Sanggar Toroa dan Sanggar Towari. Sementara omzet rata-rata per hari sekitar Rp 500 ribu-Rp 1 juta.
"Paling kecil Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, kami sendiri berusaha bekerja. Proses pembuatannya bisa sampai satu bulan, kami juga urus anak-anak untuk pendidikan," imbuhnya.
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Pernak-Pernik Oleh-oleh Khas Papua di Kampung Baru, Sorong, Papua Barat. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Ke depan Marice berharap agar warisan budaya di Papua dapat terus dilestarikan dengan semakin banyaknya penduduk asli Sorong yang membuat dan memasarkan produk oleh-oleh khas Papua.
"Agar kita punya budaya tidak punah, dan terus diwariskan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT