Blok Masela Mulai Digarap, RI Bakal Kantongi Rp 546 Triliun

16 Juli 2019 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan akhirnya menandatangani revisi Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) Lapangan Abadi, Blok Masela, yang diajukan perusahaan minyak dan gas asal Jepang, Inpex Corporation.
ADVERTISEMENT
Persetujuan ini merupakan babak baru setelah nasib ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku, itu menggantung selama 18 tahun. Dengan ditandatanganinya PoD, Blok Masela bisa mulai dikembangkan.
Apa saja keuntungan yang akan diterima Indonesia dari pengembangan ladang gas di Laut Arafura ini?
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, hingga 2055 Indonesia akan memperoleh penerimaan dari bagi hasil migas sebesar USD 39 miliar atau Rp 546 triliun (kurs dolar AS Rp 14.000).
Bagi hasil yang diterima negara, katanya, lebih besar dari kontraktor (Inpex dan Shell) yang menerima USD 33,3 miliar atau Rp 466 triliun.
"Indonesia dalam kontraknya akan menerima sekitar USD 39 miliar, dan Inpex sekitar USD 37 miliar, tapi itu sudah termasuk yang 10 persen punya (bagi hasil) pemerintah daerah. Jadi sesungguhnya kontraktor yang Inpex dan Shell menerima sekitar USD 33,3 miliar. Saya kira pemerintah RI mendapatkan porsi yang cukup signifikan," ujar Dwi saat ditemui di Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (16/7).
ADVERTISEMENT
Selain itu, proyek Lapangan Abadi ini juga menghasilkan multipiler effect untuk Maluku. Mulai dari penyerapan tenaga kerja, pembangunan industri petrokimia yang mengolah gas dari Masela, dan tumbuhnya perekonomian di sekitar Blok Masela.
"Ada industri Petrokimia yang akan dibangun di sana (Kepulauan Tanimbar) dengan memanfaatkan (gas dari Blok Masela) 150 juta kaki kubik per hari itu. Dan itu akan kemungkinan investasi (untuk industri petrokimia) USD 1,5 miliar sampai 2 miliar di daerah sana," Dwi menuturkan.
Ia juga berpesan agar Inpex selaku operator Blok Masela menjalankan ketentuan dalam PoD yang disetujui Jonan. "Antara lain yang beliau tekankan adalah agar local content dimaksimalkan, kemudian  penggunaan tenaga kerja setempat itu dimaksimalkan. Jadi ada pelatihan untuk bisa meningkatkan kapabilitas dari SDM (sumber daya manusia) setempat," paparnya.
ADVERTISEMENT
Investasi untuk pengembangan Blok Masela hingga 2055 bakal mencapai USD 42 miliar atau Rp 588 triliun. Hingga 2027 saja, investasi yang digelontorkan Inpex bakal mencapai USD 20 miliar atau Rp 280 triliun. "Itu untuk investasi setiap tahun, ada ngebor, ada operasional, dan sebagainya," ujar Dwi.
Ditargetkan Blok Masela mulai memproduksi gas pada 2027. "Jadi proyeknya harus selesai terlaksana sampai 2026. Tentu sejalan dengan itu industri petrokimia akan dilaksanakan karena nanti dia akan memanfaatkan gas pipanya tersebut," tutupnya.
Lapangan Abadi memiliki cadangan gas terbukti sebesar 10,7 triliun kaki kubik (TCF). Production Sharing Contract (PSC) Blok Masela sudah ditandatangani oleh Inpex Corporation sejak 1998 alias 21 tahun silam.
Blok Masela diproyeksikan akan memberi tambahan kontribusi produksi gas bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (mtpa) per tahun. Yakni sekitar 9.5 juta ton LNG per tahun dan 150 mmscfd Gas Pipa.
ADVERTISEMENT