Boediono: Proyek yang Memakan Banyak Impor Harus Ditunda

15 Agustus 2018 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Wakil Presiden Boediono (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Wakil Presiden Boediono (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
ADVERTISEMENT
Defisit neraca perdagangan yang kembali terjadi pada periode Juli 2018 harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Pada periode tersebut, neraca perdagangan mengalami defisit cukup dalam, mencapai USD 2,03 miliar.
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Presiden Boediono juga turut menyoroti persoalan gejolak ekonomi Indonesia yang terjadi saat ini. Menurut dia, respons pemerintah dan Bank Indonesia terhadap gejolak ekonomi sudah benar.
"Tunda proyek-proyek yang memakan banyak impor, naikkan suku bunga acuan BI," kata Boediono dalam akun twitternya, @boediono, Rabu (15/8).
Defisit perdagangan pada Juli 2018 merupakan yang ke lima kali sejak awal tahun ini. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), defisit yang terjadi pada periode tersebut merupakan yang terdalam setelah Juli 2013 atau lima tahun lalu, yang mengalami defisit hingga USD 2,3 miliar.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga melaporkan defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II 2018 melebar mencapai USD 8 miliar atau 3 persen dari PDB, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD 5,7 miliar atau 2,2 persen.
ADVERTISEMENT
Hari ini, bank sentral memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Langkah ini untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan yang berimbas pada nilai tukar rupiah yang terus merosot dan sempat menyentuh Rp 14.600 per dolar AS.
"Dalam badai, keselamatan bahtera adalah prioritas," kata Boediono.