Bos BCA: Banyak Unicorn di Indonesia, Tapi Pemegang Sahamnya Asing

28 Februari 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jahja Setiatmadja Dirut BCA. Foto: Ela Nurlaela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jahja Setiatmadja Dirut BCA. Foto: Ela Nurlaela/kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran unicorn di Indonesia menjadi sorotoan berbagai pihak. Bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pun menilai, unicorn dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Unicorn merupakan istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup. Istilah unicorn digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan rintisan yang telah mengantongi valuasi lebih dari USD 1 miliar.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, unicorn yang didominasi investor asing ini seperti memberikan subsidi ke masyarakat Indonesia. Menurutnya, investor asing tersebut seperti membakar uang karena hingga saat ini unicorn belum menguntungkan.
"Banyak unicorn bermunculan di Indonesia, tapi pemegang sahamnya asing, ada positif ada negatifnya. Coba selama ini mereka berapa tahun, mereka bakar uang. Tapi yang nikmatin kan siapa? Pengemudi Go-Jek, seperti dapat subsidi," ujar Jahja di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2).
"Ada yang bilang dominasi pemilik lokal sudah minoritas karena banyak modal asing masuk ke sana," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Jahja menambahkan, jika unicorn masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) namun belum memiliki keuantungan, hal ini justru memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
"Saya beri warning di capital market. Ini mereka kan menjual intinya kan belum ada profit-nya, nah pada saat mereka masuk bursa yang rugi masyarakat kita. Kalau mereka sudah profit diizinkan (masuk) capital market itu baik," katanya.
Dia pun mencontohkan kasus Bitcoin. Saat itu, masyarakat langsung percaya untuk berinvestasi di Bitcoin meski belum ada bukti dan harganya naik hingga USD 19.000 per koin. Namun saat ini harga Bitcoin jatuh hingga USD 3.000 per koin.
"Kita harus amati kalau memang, mau masuk capital market harus buktikan profitablility-nya," tambahnya.
ADVERTISEMENT