Bos BukaLapak: RI Negara Paling Bermasalah, Tawarkan Banyak Peluang

8 Oktober 2019 15:05 WIB
Founder Bukalapak, Achmad Zaky Saat Mengisi Sesi Wawancara di Tech in Asia Conference 2019, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Founder Bukalapak, Achmad Zaky Saat Mengisi Sesi Wawancara di Tech in Asia Conference 2019, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Founder BukaLapak Achmad Zaky menjadi pembicara dalam gelaran acara Tech in Asia 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10).
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah sesi conference The BukaLapak Story: Scalling at Speed, Zaky menceritakan terkait bisnis di bidang teknologi. Menurutnya, saat ini peluang membangun bisnis teknologi melalui startup memiliki potensi yang besar khususnya di Indonesia.
Sebab, Indonesia memiliki segudang persoalan yang belum terpecahkan. Persoalan-persoalan tersebut merupakan peluang emas bagi calon founder yang ingin memulai bisnis startup.
"Kalian tahu Indonesia memiliki segudang masalah. Kita (Indonesia) merupakan negara paling bermasalah di dunia saya kira. Dan saya pikir ini adalah peluang," katanya di depan para peserta conference.
Founder Bukalapak, Achmad Zaky Saat Mengisi Sesi Wawancara di Tech in Asia Conference 2019, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
Ia mencontohkan beberapa startup di Indonesia yang kini telah menyandang status unicorn. Unicorn merupakan perusahaan rintisan yang nilai kapitalisasinya lebih dari USD 1 miliar seperti GoJek, Grab, Tokopedia, Traveloka dan BukaLapak.
ADVERTISEMENT
Semua perusahaan yang telah sukses tersebut sudah berhasil menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Untuk itu, di Indonesia, Zaky bilang, potensinya sangat besar untuk menjadi perusahaan startup yang tumbuh.
Achmad Zaky, CEO dan Pendiri Bukalapak. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Selain itu, dengan besarnya potensi pertumbuhan startup yang tinggi di Indonesia, maka hal itu juga secara otomatis akan meningkatkan kualitas iklim bisnis, khususnya bagi investor.
"Kita merupakan negara prospek (bagi investor). Itu mengapa kita membangun startup. Kita tidak memiliki apa-apa, jangan berfikir banyak mulai bangun perusahaan. Ini hipotesis saya," jelasnya.